46

379 25 0
                                    

"Almeera, kenapa? Kenapa kaki saya tidak bisa digerakkan?"

Lidah Almeera terlalu kelu untuk menjawab. Andai waktu berhenti saja karena Almeera ingin lebih lama merahasiakan jawabannya. Almeera ingin kebahagiaan yang ia rasakan hari ini akan tetap seperti ini, mana mungkin ia biarkan rusak hanya karena jawaban yang akan ia berikan terkait kondisi Razzan yang sudah dijelaskan oleh dokter padanya jauh sebelum hari ini. Namun, sepertinya Almeera tak akan bisa menyembunyikan hal ini lebih lama karena Razzan harus segera tahu. Meskipun begitu Almeera tetap berharap kebahagiaan mereka tak berkurang sedikitpun.

"Almeera tolong jawab pertanyaan saya!" Razzan memohon. Dia bahkan lupa hendak ke toilet karena merasa harus mendengar jawaban Almeera.

"Mas mau dengar jawaban dari aku atau dijelaskan langsung oleh dokter?" ujar Almeera akhirnya setelah menyingkirkan semua pikiran buruk dari kepalanya.

"Kamu."

Almeera menunduk dan memejamkan matanya sejenak demi meyakinkan hatinya untuk menjelaskan semuanya. Almeera menatap ke mata lelakinya lalu mengangguk sekali sembari menahan air matanya.

"Kamu ingat apa yang terjadi sama kamu waktu kecelakaan itu?"

Pertanyaan Almeera memaksa Razzan memutar kembali ingatannya pada hari kecelakaan yang mereka alami. Namun, Razzan tidak bisa mengingat dengan jelas peristiwa tersebut. Yang Razzan ingat hanyalah ketika dia berhasil keluar dari mobil di detik-detik jatuhnya mobil itu ke dasar tebing, lalu ia berusaha menggapai Almeera yang sudah aman di tepi, Razzan berhasil merengkuh tubuh Almeera yang mengigil ketakutan saat itu yang ia harap hanyalah keselamatan istrinya itu. Kemudian dengan sisa kesadaran diiringi dengung nyaring di rungunya, Razzan sempat membisikkan kalimat untuk menenangkan Almeera.

Jangan takut! saya di sini, saya berjanji tidak akan membuat kisah kita berakhir.

Setelah itu semuanya menjadi gelap.

Saat terbangun dan menemukan Almeera di sisinya, Razzan sempat mengagap semua itu mimpi tapi menyadari dirinya berada di rumah sakit Razzan tahu kalau itu bukan sekedar mimpi. Meskipun begitu Razzan bersyukur dia masih bisa melihat istrinya, wanita yang dicintainya.

Razzan menggelengkan kepalanya kembali pada pertanyaan Almeera.

"Akibat dari kecelakaan itu kamu mengalami cidera parah pada kaki kamu, tapi bukan cuma itu mas. Dokter menjelaskan kalo ada kemungkinan benturan keras di kepala kamu sehingga mempengaruhi saraf otak juga yang berpengaruh sama fungsi kaki kamu."

Almeera kehilangan kata-katanya sejenak. sebelum melanjutkan, ia menarik napas dalam-dalam dan kembali menunduk.

"Dokter juga bilang bahkan setelah cidera kaki kamu sembuh mungkin kaki kamu belum bisa berfungsi normal karena cidera saraf otak itu."

Almeera bisa saja memberikan jawaban secara jelas apa adanya tanpa membuatnya terdengar berbelit-belit tapi ia hanya takut jawaban seperti itu malah lebih menyakiti perasaan Razzan.

"Apa maksud kamu, saya lumpuh?" Namun sepertinya Razzan terlalu teliti sehingga dengan mudah memahami maksud kata-kata Almeera.

"Apa saya nggak bisa berjalan untuk selamanya?" Pertanyaan Razzan tidak bisa dijawab oleh Almeera.

Ruangan menjadi hening karena mereka saling diam.

Razzan merasa getir. Dalam hati dia bertanya kenapa setelah ujian yang sudah dia alami, dia masih harus menerima ujian yang lebih berat?

Razzan menggeleng. "Dokter mungkin salah."

"Saya nggak lumpuh, coba lihat mas bisa jalan kok," katanya sambil mengangkat kakinya dengan tangan untuk turun dari ranjang. Melihat Razzan demikian Almeera menghalangi Razzan yang memaksa hendak turun.

Buket Bunga untuk Almeera (Versi Baru) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang