28

2.3K 123 0
                                    

"ABAAAANGGG!"

"Apasih Jiya! Kamu tuh kebiasaan pagi-pagi suka teriak, pantes aja pulang sekolah ngeluh sakit tenggorokan." Kalau pagi-pagi hobi Zeya berteriak maka hobi Gaffi adalah mengomel, lebih tepatnya mengomeli Zeya karena salah gadis itu sendiri.

"Kan cuma manggil abang, nggak boleh emang?" sungut si gadis berseragam SMA dengan tas punggung berwarna coklat, kesayangannya yang dibelikan oleh Gaffi.

Zeya hendak berangkat ke sekolahnya. Gadis itu baru kelas 12 dan sekelas dengan Ayana. Niatnya memanggil abangnya adalah meminta uang jajan, tapi tidak menjumpai Gaffi di kamar sehingga ia berteriak memanggil.

Sedangkan Gaffi, dia berangkat agak siang karena atasannya atau Razzan sudah mengabari dia. Jadi, waktu paginya bisa ia manfaatkan untuk memasak bekal untuk adik satu-satunya itu.

"Manggilnya biasa aja. Berisik tau nggak. Untung tetangga pada baik-baik, kalau nggak udah bisa dipastiin kalau kita bakalan dikeroyok."

"Nggak gitu juga kali, bruhhh!"

Gaffi memutar bola matanya malas. Masih sempat mencubit hidung adiknya membuat Zeya memelototinya.

"Sudah duduk dulu! Kita makan sama-sama, abang udah masak buat kamu."

Bergegas Zeya untuk duduk setelah mendengar Gaffi sudah memasak.

Mata gadis 17 tahun itu berbinar melihat makanan yang terhidang di meja makan, langsung saja ia menyendok sedikit nasi ke piringnya. Namun, lauknya ia ambil sangat banyak.

"Itadakimasu!" Zeya berseru menirukan animasi Jepang yang sering ia tonton.

"Bismillahirrahmanirrahim allahumma baarik lanaa fiimaa rozaqtanaa wa qinaa 'adzaa bannaar," lanjutnya membaca do'a makan.

Gaffi hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan adiknya, walau begitu Gaffi sangat menyayangi Zeya. Gaffi tersenyum samar lalu turut makan bersama Zeya.

Selesai makan hingga perutnya penuh, Zeya tersenyum lebar.

"Makasih abaaang," ucapnya, mengacungkan kedua jempol kepada Gaffi.

"Kalau begitu aku berangkat ya." Zeya berdiri untuk pamit, tapi suara Gaffi menahannya.

"Tunggu dulu, abang ambilin bekal buat kamu," kata Gaffi berlalu mengambil bekal yang sudah ia siapkan setelah itu kembali kepada Zeya, menyerahkan paper bag yang berisi kotak bekal untuk Zeya.

"Kok dua?" tanyanya bingung ketika Zeya mengintip isi paper bag yang terdapat dua kotak bekal. "Abang sengaja bikin dua buat nanti siang apa gimana? Nggak usah dua deh, takut nggak ke makan soalnya kan Zeya udah makan banyak tadi terus udah dikasih uang jajan juga."

"Satunya bukan buat kamu," jawab Gaffi cepat sebelum Zeya bersuara lagi.

"Terus buat siapa?"

"Teman kamu yang kemarin kerja kelompok bareng kamu."

"Ayana?"

"Iya Ayana." Gaffi iya iya saja walaupun sebenarnya ia belum tahu nama teman adiknya itu.

"Oh oke," ucap Zeya mangut-mangut. Tidak ada pertanyaan lebih untuk Gaffi karena Zeya hanya berpikir abangnya itu memberi temannya bekal untuk berterima kasih karena menjadi temannya karena selama Zeya hidup, hanya Ayana satu-satunya teman yang di kenalkan kepada Gaffi atau mungkin Ayana adalah satu-satunya temannya karena Zeya tak pernah merasa memiliki teman selain Ayana.

Buket Bunga untuk Almeera (Versi Baru) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang