BAB 03

268 18 0
                                    

Happy reading!
.
.
.

~🌹~

Raka pun akhirnya terpaksa mau mengantarkan Zahra ke ruang kepsek. Mereka mulai melewati koridor sekolah yang begitu luas nya. Raka berjalan dengan gaya cool nya, dengan memasukkan kedua tangannya ke saku celana. Ditambah wajah nya yang datar.

Zahra melihat kalo Raka itu kayaknya laki laki berandalan. Kenapa demikian? Karena penampilan nya Raka sekarang jauh dari kata rapi. Rambut yang acak-acakan, baju yang dikeluarkan, itu sudah sangat terlihat bukan?

Zahra terus mengekori raka yang berada didepan nya. Namun tiba tiba Raka berhenti, alhasil kening zahra menabrak punggung tegap Raka. Karena sedari tadi Zahra berjalan sambil terus menunduk.

"Astaghfirullah." Lirih zahra sambil mengusap kening nya. Baru juga hari pertama sekolah. Udah nabrak tiga kali, pikir Zahra.

Raka pun membalikkan badan nya menghadap Zahra.
"Lo bisa gak sih jalan disamping gue? Gue berasa kayak induk ayam tau gak? yang terus di ekori anaknya." Ucap Raka dengan nada yang sedikit marah.

"Maaf, tapi kita harus menjaga jarak. Karena kita bukan mahram. Dan perempuan memang lebih baik berjalan dibelakang laki laki." Jawab Zahra lembut dan masih saja menunduk. Raka yang mendengar ucapan Zahra hanya memutar bola matanya malas.

Raka pun menatap intens Zahra. Menurutnya pakaian yang dikenakan zahra terlalu tertutup. Dan baru kali ini Raka melihat perempuan dengan penampilan yang sangat tertutup. Raka bertanya tanya dalam hati, kenapa cewek didepannya ini terus menunduk. Sebegitu enggannya kah Zahra melihat wajah nya. Padahal menurut raka wajahnya ini tidak terlalu jelek.

Bahkan banyak sekali Siswi disekolah ini yang mengidolakan dirinya. Ya karena wajah Raka bisa dibilang sempurna sama seperti reyhan. Yang membedakan nya hanya akhlak dan kelakuan mereka.

"Kalo ngomong tuh, liat orang nya. Lagian Lo gak pegel apa dari tadi nunduk terus? Emang lantai lebih menarik dari pada gue? Sampai sampai Lo enggak mau ngeliat wajah gue." Ucap Raka dengan mata yang menatap tajam zahra.

"Bukan gitu, kamu jangan salah paham. Aku hanya berusaha menjaga pandangan dari yang bukan mahram, itu aja." Jelas Zahra sambil memegang tali tas nya erat. Pasalnya di koridor sekolah ini cuman ada mereka berdua.

"Terlalu religius Lo!" Ucap raka dingin. Lalu mulai berjalan kembali, Raka yang tidak bisa diam terus. Akhirnya angkat bicara lagi.

"Baru hari pertama, udah nyusahin gue aja Lo. Kenal juga enggak." Ucap Raka dengan nada tidak suka.

"Maaf, kalo aku nyusahin kamu. Kalo kamu mau pergi boleh kok. Aku bisa ke ruang kepsek nya sendiri aja." Ucap Zahra merasa tidak enak. Baru kali ini Zahra berbicara lumayan panjang dengan yang namanya laki laki.

Raka pun membalikkan badannya kembali menghadap Zahra. Hampir saja kening zahra menempel didada Raka. Zahra pun otomatis langsung mundur. Jangan lupakan kepala nya yang terus menunduk.

"Kalo gue gak nganterin Lo, emang Lo tau dimana ruang kepsek nya? Enggak kan? Nanti juga gue bakal ditambah hukuman nya sama pak Yono, kalau dia tau gue gak nganterin Lo ke ruang kepsek." Ucap Raka dan kembali berjalan. Sedangkan Zahra hanya diam, dia heran sama laki laki di depannya ini. Kayaknya enggak bisa gitu sambil jalan tuh mulutnya diam. Dari tadi ngomong Mulu.

Dan akhirnya mereka sudah sampai di depan pintu ruang kepsek.

"Nih ruangannya, bisa bacakan?" Ucap Raka yang masih kesal. Zahra melihat ada bacaan ruang kepsek di pintu tersebut.

"Iya, makasih udah nganterin." Ucap Zahra dan Raka hanya menjawab dengan deheman saja. Belum Raka pergi, pintu kepsek nya tiba tiba terbuka dan menampilkan guru cantik dengan kerudung yang menutupi dada.

tentang sebuah rasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang