BAB 17

217 13 0
                                    

Happy reading!
.
.
.

~🌹~


"Papah becanda doang. Kalian kaget nya kompakan banget." Canda Aditama.

"Kalo diliat-liat lucu juga ya mereka, pah." Tambah citra sambil tersenyum.

"Iya lucu, kayak kamu." Gombal Aditama hingga membuat citra rasanya ingin terbang.

Raka sungguh-sungguh tidak percaya bahwa didepannya ini adalah orang tua nya.

"Papah bisa aja hihihi." Ucap citra sambil memukul manja lengan Aditama.

"Udah deh pah, mah! Gak usah kayak anak muda yang lagi pacaran. Inget umur!" Sinis raka. Entah dia iri atau memang muak melihat kelakuan mereka.

"Bilang aja kamu iri, iya kan?" Ucap citra sengaja.

"Enggak!" Bantah Raka. Ngapain juga dia harus iri.

"Makanya sekarang kamu cepet minta maaf sama Zahra dengan cara yang manis. Cepet! Dari tadi susah amat." Ucap Aditama sambil menatap Raka tajam.

Dengan berat hati Raka mau melakukan nya. Dari pada dia tidak tidur malam ini. Iya kan?

Perlahan Raka mulai membalikkan badannya menghadap Zahra. Dan dengan ragu Raka mulai menggenggam kedua tangan Zahra.

Awalnya Zahra kaget, tapi Zahra ingat, kalo Raka hanya mau meminta maaf saja. Jadi dia tidak boleh gugup.

"Zahra, gue....."

UHUK! UHUK!

"Kok gue sih? Cara manis, Raka! Cara manis!" Sindir Aditama sambil pura-pura batuk.

Raka menghela nafas nya, berusaha sabar dan mengontrol emosi nya. Mata Raka mulai menatap manik mata indah nya milik Zahra.

"Zahra, a-aku minta maaf sama kamu. Apa kamu mau maafin aku?"

Deg.

Zahra tiba-tiba terdiam kaku. Baru kali ini Raka berbicara kepadanya menggunakan aku-kamu. Ditambah Raka berbicara nya dengan sangat lembut. Membuat hati Zahra menghangat.

"Zahra?" Panggil Raka yang melihat Zahra malah melamun.

"Hm?"

"Kamu mau kan maafin aku?" Tanya Raka sekali lagi.

"Iya, aku maafin kamu." Jawab Zahra dengan senyum manis nya.

Dan dengan cepat Raka langsung melepas genggaman tangannya dari Zahra.

"Udah kan pah? Mah? Yaudah sekarang Raka mau ke kamar, mau istirahat." Ucap Raka dengan tampang nya yang sangat nyebelin.

"Raka! Raka!" Panggil aditama tapi sama sekali tidak direspon oleh Raka.

Zahra menatap kedua tangannya yang tadi digenggam oleh Raka. Dia merasa senang saat Raka meminta maaf dengan cara lembut seperti itu. Walaupun Zahra sadar bahwa yang dilakukan Raka hanya lah terpaksa dan itu semua adalah keinginan kedua orang tuanya.

tentang sebuah rasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang