BAB 35

215 14 0
                                    

Happy reading!!!

.........

"Oke, anak-anak hari ini bapak akan buat kelompok buat praktek nyanyi. Satu kelompok berjumlah dua orang dan......"

Bruk!!!

Tiba-tiba saja pintu kelas di buka paksa oleh seorang laki-laki tampan dengan seragamnya yang berantakan. Siapa lagi kalo bukan seorang Raka.

Semua mata tertuju kepadanya. Tetapi lelaki itu dengan santai nya hanya memasang wajah tak bersalah nya.

"Raka! Apa-apaan kamu! Datang-datang main dobrak pintu aja. Kalo pintu nya rusak gimana?" Kesal pak Bagas sambil menatap tajam siswa nya itu.

"Maaf pak, tadi saya buru-buru. Jadi reflek dobrak pintu nya." Jawab Raka sejujurnya mungkin.

"Dari mana aja kamu? Kenapa bisa telat?"

"Biasa lah pak, macet!" Jawab Raka yang sudah tidak aneh untuk di dengar.

"Macet! Macet! Otak mu tuh yang macet. Sekarang duduk di tempat kamu."

Raka pun berjalan ke arah bangku nya. dan tak sengaja kedua matanya bertemu dengan Zahra. Tetapi gadis itu langsung menunduk cepat.

"Baik, bapak akan lanjutkan yang tadi ya. Setiap kelompok beranggotakan dua orang. Bapak akan bagi kelompok nya sekarang." Pak Bagas mulai membuka kertas yang bertuliskan nama-nama siswa-siswi di kelas itu.

"Mira dan Nadya!"

"Yes! Akhirnya kita satu kelompok." Heboh Mira di bangku nya.

"Dion dan Siska."

Kedua insan itu langsung melebarkan kedua bola matanya lebar.

"Enggak mau pak!" Tolak mereka dengan kompak. Sehingga mereka menjadi pusat perhatian sekarang.

"Amit-amit gue sekelompok sama cewek tomboy kayak Lo." Ucap Dion dengan wajah menyebalkan nya.

"Lo pikir gue juga mau gitu sekelompok sama cowok buaya kayak Lo? Dih! Amit-amit tujuh turunan ya Allah." Gerutu Siska tak kalah menyebalkan nya.

"Sudah cukup! Tidak boleh ada yang membantah. Bapak sudah mengatur nya dengan baik. Jadi bapak harap tidak ada yang menolak keputusan bapak. Paham?"

"Paham pak!" Jawab semuanya serentak.

"Kemudian Raka dengan chika."

Deg!

Tak sengaja Zahra melihat Chika langsung memeluk tubuh Raka erat saking senang nya. Kenapa ia ingin menangis? Apa serapuh ini hatinya ketika melihat keakraban Raka dan Chika?

Nadia yang berada di samping Zahra mengusap lembut tangan gadis itu.

"Jangan sedih ya ra, Aku yakin suatu saat nanti Raka akan membuka hatinya untuk kamu."

Zahra hanya bisa tersenyum tipis di balik cadar nya.

"Rangga dengan Amel."

tentang sebuah rasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang