BAB 44

243 12 0
                                    

Happy reading!

.........

Kini semuanya sedang berkumpul di ruang UGD. Tepat nya di depan pintu ruang rawat Zahra. Sedari tadi, Raka hanya terdiam membisu. Kedua mata laki-laki itu sudah bengkak akibat terlalu lama menangis.

Reyhan duduk di samping adik nya yang hanya berbeda satu tahun itu. Reyhan merangkul Raka dengan lembut. Ia tau perasaan Raka sekarang.

"Lo tenang aja ya, Zahra pasti baik-baik aja kok."

"Gue emang enggak becus jadi suami. Gue gak bisa ngejagain istri gue sendiri. GUE EMANG BODOH! GUE LAKI-LAKI TERBODOH DIDUNIA!" Raka memukuli kepala nya sendiri berulang kali. Reyhan yang melihat nya pun segera menghentikan nya.

"Udah rak, cukup! Lo jangan nyalahin diri Lo sendiri. Kita doain aja, semoga Zahra baik-baik aja ya."

Tak berselang lama, dokter perempuan berumur sekitar 30 tahunan itu keluar dengan wajah yang tidak bisa di artikan.

"Gimana keadaan istri saya dok?" Tanya Raka sambil mengusap kedua air mata nya kasar.

Dokter itu pun keliatan menghela nafas nya pelan.
"Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi takdir berkata lain."

"Ma-maksud dokter apa?"

"JAWAB DOK! MAKSUD DOKTER APA?" Tanya Raka sekali lagi dengan wajah yang benar-benar takut.

"Pasien sudah meninggal dunia."

Deg!

Dunia Raka seketika terasa berhenti. Seluruh badan laki-laki itu langsung melemas saat mendengar kata-kata yang terucap dari dokter di depannya.

"Eng-enggak! Dok-dokter pasti becanda kan? Ini gak mungkin, i-ini gak mungkin!"

Raka langsung memasuki ruang UGD itu dengan cepat. Raka menatap tubuh istri nya yang sedang terbaring lemas di ranjang rumah sakit. Alat-alat bantu pun sudah terlepas dari tubuh nya. Kedua kaki nya mulai mendekat dengan perlahan.

Ia tak bisa membohongi dirinya sendiri. Hati nya benar-benar hancur saat kedua matanya melihat istri kesayangan nya ini.

"Hei, sayang bangun! Kenapa kamu tidur terus? buka mata kamu sayang. Ada aku di depan kamu." Raka mengusap kepala gadis nya lembut.

Semua orang yang berada di sana menatap Raka iba. Mereka pun tidak bisa menahan tangis nya sama sekali. Hati mereka saat ini sama seperti Raka, yaitu hancur ketika kehilangan sosok orang baik seperti Zahra.

Kini laki-laki itu menggenggam tangan Zahra lembut dan sesekali mengecup nya. Tangan satu nya lagi ia gunakan untuk mengusap pipi gadis itu yang kebetulan tidak memakai cadar.

"Ra, bangun Ra! Kamu gak capek apa tidur terus? BANGUN RA! BANGUN! LO DENGER GUE GAK RA? BANGUN RA!" Raka mengguncang tubuh gadis itu kencang. Tetap nihil, Zahra masih menutup kedua matanya rapat.

Kenapa? Kenapa takdir nya harus begini? Kenapa dirinya harus merasakan di tinggalkan seseorang yang begitu berharga di dalam hidup nya? Raka membenci situasi sekarang. Ia berharap ini hanya lah mimpi.

"Rak, udah rak! Zahra udah pergi ninggalin kita semua. Lo harus ikhlas rak! Istighfar!" Reyhan sebagai Abang saat ini harus bisa menenangkan adik nya itu.

tentang sebuah rasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang