Rate:18+
Kenakalan remaja yang kian tak terkontrol membuat Lisa terpaksa harus di ikut sertakan oleh orang tuanya dalam audisi pencarian idola remaja di Seoul. Hingga akhirnya ia bertemu dengan sosok pria dewasa yang malah semakin membuat kenakalann...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Semangkuk ramen panas baru saja tersaji di hadapan Lisa. Gadis itu lantas tersenyum, lalu mengambil sepasang sumpit di atas meja.
Setelah tangisannya usai, Jaemin lantas mengajaknya pergi ke restoran ramen dimana ia meminta Lisa mentraktirnya makan siang saat hari pertama mereka berkenalan.
Dengan bersemangat Lisa lekas menyeruput ramen yang masih memiliki kepulan asap itu.
"Yak, tak bisakah kau sedikit sabar menunggu asapnya hilang?"
Lisa menggeleng, dengan mulut penuhnya, hingga ketika kunyahannya selesai ia langsung membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan Jaemin.
"Kalau asapnya menghilang, rasa enaknya juga akan berkurang."
"Ewh." Jaemin menjengitkan bibir melihat Lisa yang kembali menyantap ramen itu dalam keadaan panas.
"Yak, tidak bisakah kau bersikap biasa saja?" Ujar Lisa, yang kesal melihat Jaemin seakan jijik dengan cara makannya.
Sementara pria itu hanya mengangkat bahunya acuh, seakan tidak peduli dengan kekesalan Lisa.
Lisa pun menyantap kembali makanannya. Di detik itu juga, ekspresi Jaemin berubah teduh. Seakan melega, melihat gadis itu yang tampak sedikit lebih baik dari sebelumnya.
"Jaemin-ah?"
Jaemin mengerjap---mendengar Lisa yang tiba-tiba memanggilnya. "Umm?"
"Aku ingin menginap dirumah mu."
"Apa?"
"Aku ingin menginap dirumah mu."
Bukannya Jaemin tidak mendengar apa yang Lisa katakan. Ia hanya sedikit memastikan, jika ia tak salah dengar. Dan, terlebih karena ia pernah jadi korban salah sasaran dari amukan Jaehyun—sedikit banyaknya remaja itu jadi merasa khawatir. Lisa tadi juga tak bercerita apapun tentang masalahnya. Jaemin tak bertanya juga. Mereka hanya diam dan sama-sama berusaha menyimpan itu di dalam diri masing-masing. Lisa menyimpan rasa sedihnya, sementara Jaemin menyimpan pertanyaannya.
"Lisa, aku bukannya tidak mau. Tapi, aku takut paman Jung akan..."
"Kami sudah berpisah."
Jaemin mengerjap lagi. Seharusnya ia tak kaget sih, karena sebelum Lisa memberitahunya—Jaemin sudah lebih dulu menebaknya. Menebak jika kesedihan gadis itu pasti berbau kekasih gelapnya. Tapi, Jaemin tak mengira jika masalahnya akan sampai pada tahap perpisahan seperti itu.
"Dia tidak pernah mencintaiku. Ku kira aku melihatnya, maksudku ketulusan yang sering orang-orang sebut sebagai cinta."
Tertawa singkat, Lisa menunduk kemudian. "Ternyata itu hanya nafsu."