🎬 Special Chapter 🎬

23 24 2
                                    

"Keadaan Jantungmu mulai membaik, tetapi sebaiknya jangan terlalu melakukan hal-hal berat. Juga kau harus lebih menjaga pola makanmu." Ucap Dokter spesialis Jantung.

Mendengar ucapan dokter yang selama 5 bulan ini menangani Penyakit Jantung Koronernya, Yuan hanya mengangguk mengerti.

"Meski nantinya Penyakitmu ini tidak bisa sembuh total, kau harus tetap semangat."

"Tentu saja, aku memiliki orang-orang tersayang yang harus aku jaga." Ucap Yuan membuat dokter itu tersenyum.

"Baiklah ini obatmu, ingat kau harus rutin meminumnya. Sampai kau tidak meminumnya aku akan memukulmu!" Pesan dokter itu membuat Yuan terkekeh.

"Baiklah, aku akan ingat. Kalau begitu aku pergi dahulu." Pamit Yuan dan keluar dari ruang dokter itu.









Di depan rumah sakit Yuan menatap sekantung obat yang lebih banyak dari sebelumnya.

"Cih membaik darimananya."ucap Yuan, ia lalu menaiki bus untuk bertemu dengan seseorang di cafe.









🎬🎬🎬🎬🎬🎬🎬🎬🎬🎬🎬🎬🎬🎬













Olin menyesap kopi yang ia pesan sambil menatap ke luar jendela, pusat kota terlihat cukup ramai hari itu.

Meskipun tatapannya menatap jalanan di depan sana, pikiran Olin berada di tempat lain.

"Maaf lama." Ucap Yuan yang baru saja datang.

"Hmmm...." Balas Olin.

"Tunggu... Aku akan memesan ice americano setelah itu kita langsung pergi saja." Ucap Yuan.

"Di saat hujan seperti ini kau malah membeli ice americano, kau sudah gila ya. Bisa-bisa kau mati membeku bodoh!" Omel Olin.

"Ya ampun...... Aku tidak akan mati semudah itu." Ucap Yuan.

Olin mengalihkan pandangannya.

Dulu Naresh pun berkata demikian-batin Olin.

"Oh iya! Bukankah hari ini Rey dan Rizky akan membeli perlengkapan bayi? Haruskah kita ikut setelah dari makam?" Tanya Yuan.

"Sebenarnya aku malas, Rey kalau sudah membeli perlengkapan bayinya pasti akan memborong seisi mall." Jawab Olin, sambil membayangkan seribet apa mereka nantinya.

"Hahahaha....... Kau benar, aku harap bayinya nanti tidak boros seperti ibunya." Ucap Yuan.

"Permisi... Ini pesanannya." Ucap seorang pelayan.

"Terimakasih." Ucap Yuan sambil mengambil minumannya itu.

"Hujannya mulai reda, ayo pergi." Ajak Olin yang diangguki Yuan.

Yuan berjalan dengan membawa payung dan menyedot minumannya, sedangkan Olin berjalan di depan sambil membawa payung juga buket bunga tulip merah.

Melihat buket bunga yang di bawa Olin, membuat Yuan tersenyum tipis. Sahabatnya itu sangat mencintai laki-laki yang sekarang sudah tidak berpijak pada bumi lagi.

"Tulip merah untuk keabadian cinta mereka, so romantik." Lirih Yuan.














Tidak butuh waktu lama, untuk keduanya sampai di pemakaman umum. Keduanya lalu berjalan ke arah Makam Zahra dan Naresh yang bersebelahan.

Olin langsung berdiri di depan makam Naresh, ia menaruh buket bunga itu di sebelah bingkai foto Naresh. Sedangkan Yuan diam memperhatikan sahabatnya itu.

"Maaf aku baru bisa berkunjung hari ini, seminggu yang lalu aku harus pergi ke luar kota. Sebenarnya aku lelah bekerja, tapi apa boleh buat Sam tidak akan memberikan uangnya dengan cuma-cuma bukan............

..... Ah rasanya baru kemarin kau melamarku tapi kemarin adalah tepat 1 tahun kau pergi, apa kau sekarang bahagia di atas sana? Aku harap begitu. Katakan pada tuhan agar cepat mempertemukan ku dengan mu, hahaha... Aku hanya bercanda. Aku masih ingin melihat putra Rey dan Rizky lahir." Ucap Olin, sesekali ia mengusap air matanya yang jatuh.

"Banyak hal yang ingin aku katakan padamu, tetapi aku takut tidak bisa menahan diri. Sudah satu tahun berlalu tapi rasa sakit atas kematian mu masih membekas di dalam hatiku, maaf Prince...... Aku belum bisa bahagia sepenuhnya tanpamu di sisiku." Yuan mengusap bahu Olin yang bergetar hebat akibat tangisannya yang pecah.

"Ssss..... Aku tidak bisa terus berada disini." Ucap Olin lalu mulai menjauh dari sana meninggalkan Yuan.

Yuan memandang bergantian makam Zahra dan Naresh, ia lalu menghela nafas.

"Berbahagialah kalian disana, aku bersumpah tidak akan mati sebelum membalas kematian kalian berdua." Ucap Yuan sebelum ia menyusul Olin pergi dari sana.


Sudah satu tahun terlewat setelah kejadian yang menewaskan Zahra dan Naresha, dan selama itu pula Alex tidak pernah menunjukkan tanda-tandanya lagi membuat anggota Destroyers tidak bisa memprediksi apa yang selanjutnya orang itu akan lakukan.














🎬🎬🎬🎬🎬🎬🎬🎬🎬🎬🎬🎬🎬🎬














Rey saat ini terlihat tengah bercermin sambil membawa mantel di masing-masing tangannya.

"Sayang lebih bagus warna merah atau biru?" Tanya Rey pada Rizky yang tengah tergeletak tak berdaya di tempat tidur keduanya, karena menunggu lama Rey yang bersiap-siap.

"Kau sudah menanyakan itu sebanyak 9 kali, bahkan saat aku melamarmu kau tidak bertanya keseriusanku sebanyak itu." Jawab Rizky.

"Ish!!! JADI YANG BAGUS YANG MANA!!?" pekik Rey membuat Rizky bangun.

"Merah." Jawab Rizky cepat.

Rey mencoba memakai mantel itu, ia kembali memeriksa penampilannya di cermin.

"Bukankah aku terlihat gendut? Apa aku harus gunakan yang warna biru? Hey cepat katakan lebih bagus putih atau biru?" Tanya Rey yang kembali mengeluarkan jaket warna putih dari lemari.

"Bagaimana kalau warna hitam saja." Jawab Rizky.

"Itu tidak ada dalam pilihan bodoh!" Kesal Rey.

"Rey ayolah kau sudah cantik, jika kau merasa terlihat gendut itu wajar karena kau sedang mengandung. Lagi pula kita sudah telat 2 jam, Olin dan Yuan pasti sudah menunggu lama." Bujuk Rizky agar istrinya itu cepat bersiap dan mereka berangkat.

"Oke ayo berangkat." Ucap Rey setelah mengenakan mantel milik Rizky yang berwarna cokelat.

Rizky mengusap dadanya, ia lalu mengikuti Rey yang sudah turun.

Di bawah mereka melewati Daniel yang tengah berbaring di sofa sambil memainkan handphonenya, sedangkan Viora dan Samudera terlihat tengah mengerjakan sebuah berkas di karpet bulu.

"Daniel daripada kau bosan menunggu telepon dari Hael, mending kau ikut dengan kami." Usul Rizky.

"Tidak terima kasih, aku tidak mau menjadi babu istrimu yang cerewet itu." Tolak Daniel yang dengan kekuatan cahaya melesat pergi ke kamarnya.

Rizky menatap kepergian Daniel dengan datar, awas saja ia akan menelpon Hael dan menyuruh kekasih Daniel itu untuk tinggal lebih lama di luar kota.

"RIZKY!!!!!!" Teriak Rey dari luar dengan menggelegar.

"IYA SAYANG AKU DATANG AKH!" Rizky mengelus kepalanya yang terkena timpuk sandal Samudera.

"Berisik!" Ucap Samudera datar.

Tidak ingin membuat mood Rey hancur, Rizky berlari ke luar rumah meninggalkan Viora dan Samudera.

"Lebih baik mereka pergi yang lama, kalau bisa jangan kembali." Ucap Samudera, ia lelah menghadapi sepasang suami istri itu.

"Sudahlah kita selesaikan dokumen yang ini, setelah itu kita harus mencari keberadaan Alex." Ucap Viora.























🎬

Paguyuban lima sekawan✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang