15

23 27 1
                                    

Olin terbangun dari tidurnya, ia lalu mengerjapkan matanya dan meraih ponselnya.

Jam menampilkan pukul 12 lebih 15 malam, dan diluar sana terlihat hujan cukup deras.

Mata Olin menjadi segar saat melihat notifikasi panggilan tak terjawab sebanyak 50 kali dari Yuan, ia lupa jika ponselnya itu tengah mode hening.

"Ngapain nih anak malem-malem nelpon." Gumam Olin.

Tak lama Olin terlonjak kaget saat Yuan kembali menelponnya, tanpa pikir panjang Olin langsung mengangkat panggilan dari Yuan.

"Ada apa?"

"Keluar gue di luar, sekarang!"

Olin sedikit heran saat Yuan mengatakan itu dengan cepat, dan langsung menutup telepon.

"Nih anak ngerjain gue apa ya?" Lirih Olin.

Pasalnya dulu ia Yuan pernah seperti ini, menelponnya malam-malam dan mengatakan jika dirinya di luar. Dengan segera Olin pergi keluar namun nihil, tidak ada batang hidung anak itu. Saat ditanya ternyata anak itu tengah berada di luar rumahnya sendiri.

Olin terlihat menimang-nimang, ia lalu dengan cepat menyambar jaketnya karena udara cukup dingin.

Dengan penerangan flash handphone, Olin berlari menuju pintu rumahnya. Orang-orang rumah sudah tertidur, jadi ia sebisa mungkin tidak terlalu ribut.

"Heh bocil ngapain lo kesini malem-malem?!??? Mana basah kuyup lagi!!!" Kaget Olin, saat ia membuka pintu terlihat Yuan yang berjongkok sambil menggigil.

"Jangan bilang lo di usir?! Terus sejak kapan lo ada disini hah?!?!!" Omel Olin.

Yuan berdiri, "Sejam yang lalu, gue gak mau ganggu orang rumah jadi gue telpon lo tapi gak diangkat." Ucap Yuan menjelaskan.

"Yaudah ayo masuk, lo kudu mandi biar gak sakit." Ajak Olin yang ditolak Yuan.

"Gak ada waktu, kita harus pergi sekarang juga." Tolak Yuan, ia lalu menarik tangan Olin menuju motornya.

"Ini hujan Yuan!!! Astaga mau kemana sih?!"

"Naresh butuh lo lin." Ucap Yuan, Olin baru sadar jika anak itu sedari tadi tengah terisak kecil.

Tanpa banyak tanya, Olin langsung memakai helm yang diberikan Yuan ia lalu menaiki motor Yuan. Dengan cepat Yuan menjalankan motornya.


























Olin masih tidak memiliki clue sama sekali kenapa Yuan membawanya ke sebuah rumah sakit, tetapi perasaannya tidak enak sejak menginjakkan kaki di sana.

Olin beberapa kali harus meminta maaf pada orang yang tak sengaja mereka tabrak atau senggol, sedangkan Yuan tak peduli dan lebih memilih menarik Olin untuk berlari.

Keduanya akhirnya sampai di depan ruang IGD, dan Olin masih belum mengerti juga. Tak lama dokter keluar dan langsung  mendekati keduanya.

"Siapa disini wali dari pasien Naresha Xavier?" Tanya dokter dan dengan segera Yuan maupun Olin mendekat.

"Saya sepupunya dok." Jawab Yuan.

"Dimana ayah atau ibu anda?" Tanya dokter.

"Cepet ngomong deh gimana keadaan Naresh, gue yatim dan bokap gue sama abang gue lagi di kantor polisi!!" Jawab Yuan dengan marah.

"Baiklah tenang dulu. Jadi kami butuh persetujuan untuk mengoperasi pasien sekarang juga, pasien terluka cukup parah terlebih di bagian kepalanya. Sedikit saja kita salah langkah mungkin nyawa pasien tidak dapat tertolong, karena itu kami memutuskan untuk mengoperasi pasien sekarang juga."ucap Dokter menjelaskan.

Paguyuban lima sekawan✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang