28

21 23 5
                                    

Rey menggeliat, tidurnya terganggu karena suara berisik dari arah pintu.

"Berisik woy masih pagi juga!!!" kesal Rey.

Viora yang melihat kelakuan Rey hanya menggeleng pelan, Viora lalu menutup telinganya saat suara dobrakan pintu terdengar lagi.

Hael dan Yuan sejak malam tadi berusaha mendobrak pintu dan merusak gembok yang berada di luar.

"Minggir!" titah Olin yang mengambil ancang-ancang untuk menendang pintu yang kokoh itu.

Hael dan Yuan menyingkir, sedangkan Olin mulai berlari dan menendang pintu tapi pintu tetap tidak terbuka.

"WOY ANJING LO PINTU ATAU APA DAH!!!! DARI TADI KAGAK RUSAK-RUSAK, GELUT AJALAH KITA!!!!" teriak Olin melampiaskan amarahnya.

"Sehari di culik udah gila aja lu." ucap Shifa.

"Iya gue gila!!!! Seenggaknya kalau nyulik kasih makan pizza kek, ini kita cuma di kasih roti itupun kemarin malam!!!!!" sewot Olin sambil duduk bersandar pada dinding.

Hael yang kelelahan pun berbaring di dekat Rey, ia lalu memijat lengan atasnya yang di pakai untuk mendobrak pintu. Ia yakin akan ada lebam di sana seperti wajahnya yang masih banyak luka lebam.

Mereka semua yang ada di sana memperhatikan Yuan yang masih berusaha mendobrak pintu dengan menendangnya.

"Tuh anak belum tidur tapi masih keliatan semangat, heran gue." ucap Juli.

"Tau tuh.... Gue aja 5L ini." timpal Cita.

Melihat usahanya sia-sia, Yuan berhenti dan bersandar pada pintu. Hari sudah berganti dan tidak ada tanda-tanda akan ada yang menyelamatkan mereka.

Pagi hari seperti ini juga Kino pasti sudah pergi mengajar, karena itu Yuan berpikir mereka harus memanfaatkannya dan kabur dari sana.

"Istirahat dulu aja, kita tunggu yang nyelamatin." ucap Hael pasrah.

"Gak bisa gitu, kita aja gak tau gimana keadaan Diana. Kita harus selametin Diana." tegas Yuan.

"Ya tapi gimana?! Gue rasa gemboknya juga gak rusak sedikitpun!" kesal Hael.

"Kok lo bisa santai gini sih?!!!" ucap Yuan mulai menaikan nada suaranya.

"Lo mau gue gimana?!!!! Panik?! Yang ada kita ke kurung disini selamanya bego!!" seru Hael.

"Ekhem.... Tenang guys, kalian berdua mending istirahat. Kita pikirin buat keluar dari sini, okey." ucap Viora menengahi.

"Jangan kebawa emosi, kita semua disini juga mau keluar dan selametin Diana. Tapi untuk sekarang gak mungkin, kita berdoa aja semoga Diana baik-baik aja." ucap Olin.

Atmosfer pada ruangan itu akhirnya bisa kembali stabil, mereka termenung sambil memikirkan cara kabur.














.



.



.



.



.














Sagara meremas kemudinya, mereka lagi-lagi menemui jalan buntu setelah menanyakan perihal Rey dan yang lainnya pada sang sopir bus.

"Lo bisa gak sih berhenti ngerokok, pengap bangsat!" kesal Sagara pada Naresh yang terus-menerus merokok.

Kini hanya tinggal mereka berdua yang mencari, karena Sagara menyuruh sisanya untuk sekolah terlebih dahulu. Sebenarnya ia juga memaksa Naresh untuk sekolah, tetapi kepala pemuda itu sekeras batu.

Paguyuban lima sekawan✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang