Alex merilekskan tubuhnya yang lelah karena membantu polisi untuk mencari adik iparnya itu.
Samudera yang ikut pun mendudukkan dirinya di sofa, saat penyergapan tadi terjadi tembak menembak yang tidak terlalu parah.
"Pa saya akan menyusul Yuan ke rumah sakit." Izin Sagara.
"Baiklah, tolong katakan pada Yuan. Kami akan menyusul sebentar lagi, setelah bersih-bersih nanti." Ucap Alex.
Samudera mengangguk dan melangkah pergi, tapi langkahnya terhenti saat melihat dua orang yang baru saja datang.
Melihat itu, Samu dan Alex berdiri dari duduknya. Bahkan Sagara menundukkan kepalanya saat kedua orang itu datang.
"Dad." Kaget Alex.
Ayah dari Alex sekaligus kakek dari Yuan dan Naresh terlihat memasang wajah datarnya, ia lalu melirik sinis ke arah Samudera yang membuang muka tak ingin melihat kakek tua itu.
Samudera maupun Sagara melotot saat kakek tua itu memukuli Alex tanpa ampun, dan Alex hanya bisa diam tanpa membalas.
Samudera melangkah untuk melerai keduanya sebelum istri dari kakek tua itu menghentikannya.
"Papa tirimu itu pantas mendapatkannya karena sudah gagal menjaga adik dan merupakan putri bungsu dari keluarga Xavier." Ucap nyonya Xavier.
Tuan Xavier berhenti memukuli putranya itu yang sekarang terduduk dengan luka lebam di wajahnya, bahkan sudut bibirnya juga mengeluarkan darah.
"Saya bisa saja melakukan lebih dari ini padamu, tapi saya masih ingat jika anda merupakan putra saya satu-satunya. Luka yang kau terima dari saya tidak seberapa dengan luka yang di terima adikmu maupun cucu-cucu saya." Ucap Tuan Xavier sambil kebersihan jasnya.
"Jika terjadi sesuatu pada Naresha, saya pastikan kamu tidak akan pernah bertemu dengan Naresha maupun Yuan." Lanjut tuan Xavier, setelah itu ia dengan istrinya pergi untuk ke rumah sakit.
Samudera dan Sagara dengan sigap membantu Alex, seorang pelayan juga menyiapkan p3k yang di minta Samudera.
"Kita harus ke rumah sakit sekarang juga." Ucap Alex.
"Tapi obati dulu luka papa." Ucap Samudera.
"Tidak ada waktu Sam, kau pasti tahu bagaimana sifat pria tua itu." Ucap Alex.
.
.
.
.
.
Yuan menatap ke arah Naresh yang terbaring dengan alat-alat penunjang hidupnya, di samping sepupunya itu. Terlihat Olin yang setia menunggu Naresh bangun, sambil menggenggam tangan Naresh.
Untuk saat ini, Naresh hanya boleh di temani oleh satu orang saja di dalam. Karena itu Yuan menyuruh Olin menunggu di dalam, dan dirinya yang akan menunggu di luar.
"Ini lo pada niatnya mau jenguk si Naresh apa piknik sih?!" Kesal Shifa.
Bagaimana tidak di sebut piknik, Rey membawa tikar dari rumahnya dan Hael membawa camilan maupun minuman.
Mereka menggelar tikar di koridor rumah sakit dan duduk di bawah sudah seperti piknik, bahkan Hael tiduran dengan kepala berada di paha Daniel.
Beruntung untuk lantai rumah sakit itu Alex menyewanya, agar para pasien yang lain tidak terganggu dengan teman-teman anaknya itu yang ricuh.
"Kapan lagi coba kita piknik di rumah sakit, kalau ditaman kan dah biasa tuh." Ucap Viora yang tidur telungkup sambil memakan kacang.
"Buset dah anjir yang laen mah ngontrak lo pada pemilik nih bumi, zina mulu lo!! Gue doain cepet putus juga ya!!" Ucap Fahri melihat kemesraan pasangan baru paguyuban yaitu Hael dan Daniel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paguyuban lima sekawan✔️
Teen FictionKata orang masa masa SMA itu masanya jatuh cinta dan banyak kenangan yang tidak akan pernah terlupakan. Dan itu memang benar. Mereka berlima mulai merasakan apa itu jatuh cinta, rasa sakit, dan merelakan di tahun ketiga SMA. Akan kah perasaan mereka...