25

19 23 11
                                    

Samudera dengan hati-hati membantu Naresh keluar dari mobil, ia lalu mendudukkan Naresh pada bangku di dekat sana terlebih dahulu.

"Niel kursi rodanya!!!" seru Sam.

Daniel dengan cepat membuka bagasi mobil, namun nihil ia tidak menemukan kursi roda di sana.

"Kursi rodanya di taro dimana?" tanya Daniel.

"Di bagasi lah, lo kata gue taro di atas kap mobil." jawab Rizky.

"Kagak ada." ucap Daniel.

"Masa sih kagak ada, gak mungkin kan itu kursi roda jalan sendiri." ucap Sam.

"Lo cek aja deh sendiri pake biji mata lo pada." kesal Daniel.

"Nih kalau sampe ada, gue congkel biji mata lo ya!!" ucap Rizky, ia lalu mencari kursi roda Naresh.

Tak lama Rizky kembali dengan tangan kosong membuat Daniel berdecih.

"Gak ada bang." ucap Rizky.

Samudera menghela nafas, kursi roda Naresh pasti tertinggal di rumah. Ia lalu melirik sekitar parkiran yang di mana murid-murid yang lain menatap ke arah mereka.

Dengan terpaksa Samudera menggendong Naresh menuju kelas pemuda itu, Daniel juga ikut mengantar kakak kelasnya itu sedangkan Rizky akan izin untuk kembali mengambil kursi roda terlebih dahulu.

Baru saja Rizky akan masuk ke dalam mobil Samudera, sebuah motor terparkir di sebelahnya.

"Anjing ya kau!!"


Tak!


Rizky mengaduh sakit saat Rey menampar pipinya cukup keras, bahkan sampai terlihat bekas tamparannya.

"BISA-BISANYA LO PADA NINGGALIN ARURANG YA!!!! TINGALI KU SIA KAMI KUAT TEPI DEMPET-DEMPET MAWA KORSI RODA, MAWA MOBIL KU MAWA NA TAPI KORSI RODA MALAH DI TINGGALKEUN. SUGAN TEU ELING ARI SIA!!!!" marah Rey, membuat Rizky terdiam karena tidak mengerti apa yang dikatakan Rey.

"Tega-teganya lo pada jantan ninggalin kita, liat kita sampe boti + kursi roda nih!!!" kesal Yuan.

"Aduh sorry deh.... Lagian kalian tadi gak nongol, jadi kita kira kalian dah duluan. Btw makasih kursi rodanya." ucap Rizky dengan cepat ia mengambil kursi roda di tangan Rey dan menyusul Sam.

"HEH BOCAH THAILAND AWAS SIA KU AING DI CIRIAN!!!!!"

Viora dan Yuan menutup telinga masing-masing saat Rey mengeluarkan teriakannya yang membahana.





















Nafas Sam terengah-engah dengan keringat yang bercucuran, saat ini ia tengah menaiki tangga dengan Naresh di gendongannya.

"Cemen amat segini aja capek." ejek Naresh.

"Lo diem atau gue gelindingin dari sini ya!!! MIKIR LAH ANJIR, kelas lo ada di lantai 3 bego!!!" kesal Sam, sedangkan Naresh tertawa mendengarnya.

"Eh Daniel." sapa Hael yang menuruni tangga dengan Olin, keduanya berniat ke ruang guru yang berada di bawah.

"Pagi kak...." sapa balik Daniel dengan senyumannya.

"Berasa setan gue." ucap Sam.

"Kelakuan lo kan emang kayak setan." ucap Naresh.

"Mending mingkem sebelum malaikat lo itu gue embat juga." ancam Sam.

"Berani lo embat my Angel, gue gorok leher lo." balik ancam Naresh.

"Ini kenapa jadi saling ancem sih?! Bentar lagi bel ini, kalian mending cepetan dah ke kelas." ucap Olin.

"Si Naresh berat sama dosa karena udah ngegantungin hubungan kalian kali." celetuk Hael.

Paguyuban lima sekawan✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang