Rasya bergidik saat merasakan hawa gelap yang mendominasi ruang kelas, bahkan Rasya rasa jika guru juga sedikit takut dengan aura gelap itu. Buktinya beberapa kali guru itu tak fokus mengajar dan menghindari berinteraksi dengan bangku anggota paguyuban.
"Sekalinya berantem ngeri juga ya." bisik Rasya pada Fahri.
"Gak selamanya temanan bakal tentram terus, doain aja mereka cepet baikan." ucap Fahri.
Shifa sesekali menyenggol Rey untuk menanyakan apa tidak masalah jika Hael sebangku dengan Yuan, pasalnya dari awal keduanya menjadi deskmate, mereka terlibat obrolan yang sensitif untuk sekarang ini.
"Kalau aja lo gak nutupin semuanya, mungkin gak bakal kayak gini masalahnya." ucap Hael yang tengah mencatat materi di papan tulis.
"Mau gue nutupin atau enggak, pacar lo itu emang brengsek."-Yuan.
"Cih..... Emang sih, brengsek kayak kalian."-Hael.
"Dari awal lo harusnya tahu kalau lo cuma jadi jembatan dia aja, mungkin lo gak bakalan sesakit hati ini."-Yuan.
"Maklum namanya juga lagi bego-begonya."-Hael.
"Sebenernya gue ada di tkp waktu itu, dan gue cukup kaget sama yang di lakuin Daniel. Gue gak tahu pasti apa yang terjadi selanjutnya ataupun yang mereka omongin karena jarak kita yang cukup jauh, tapi gak lama gue liat Samudera dateng."-Yuan.
"Jadi foto itu emang real!"-Hael.
"Lo bego kalau nyangka tuh foto editan."-Yuan.
Yuan mendengus saat Hael menarik kerah seragamnya cukup kasar.
"Kenapa lo gak bilang sih?!!"-Hael.
"Buat apa? Toh ujung-ujungnya kita semua jadi pecah."-Yuan.
"Andai aja lo bukan temen gue, udah gue buat lo masuk rumah sakit."-Hael.
"In your dream Haelda, jangan lupa gue yang menang di lomba taekwondo tingkat internasional waktu kita smp."-Yuan.
Hael mendengus kesal mendengar Yuan mengungkit masa lalu keduanya, saat smp dulu masing-masing keduanya terpilih menjadi perwakilan sekolah mengikuti lomba taekwondo.
"Kenapa lo gak tetep tinggal di luar negeri aja sih." ucap Hael sambil melepaskan cengkramannya.
"Protes ke bokap gue sana." ucap Yuan.
.
.
.
.
.
Naresh terlihat tengah berada di parkiran tempat dimana motornya terparkir, ia lalu melirik Daniel yang berjalan menuju motornya.
"Gue mau ngomong." ucap Naresh yang berhasil menghentikan langkah Daniel.
"Lo udah ngomong itu." ucap Daniel.
Naresh turun dari motornya dan mendekati Daniel.
Sagara memperhatikan Daniel dan Naresh yang tengah berbicara di bawah sana, ia lalu menaruh kedua tangannya pada tembok pembatas rooftop.
Walaupun ia tidak bisa mendengar apa yang kedua pemuda itu bicarakan di bawah sana, tapi Sagara yakin keduanya tengah membicarakan tentang masalah tadi siang.
Tak lama Olin datang dan menghampiri Naresh, tanpa berbincang kembali Naresh juga Olin pergi dari sekolah meninggalkan Daniel yang termenung.
Karena merasakan ada yang memperhatikan, Daniel mengangkat wajahnya dan tepat menatap Sagara yang juga menatapnya datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paguyuban lima sekawan✔️
Teen FictionKata orang masa masa SMA itu masanya jatuh cinta dan banyak kenangan yang tidak akan pernah terlupakan. Dan itu memang benar. Mereka berlima mulai merasakan apa itu jatuh cinta, rasa sakit, dan merelakan di tahun ketiga SMA. Akan kah perasaan mereka...