Dengan pakaian yang sudah ganti dan paper bag di tangannya, Yuan memesan ketoprak yang ada di depan rumah sakit untuk dirinya sarapan dengan Olin.
Tadi subuh ia menyuruh salah satu pembantu di rumahnya untuk mengantarkan baju ganti, jika terus memakai pakaian tadi malam bisa-bisa ia dan Olin jatuh sakit.
Saat tengah menunggu pesanannya, matanya tak sengaja melihat ke sebrang jalan.
"Bang nanti saya ambil ya." Ucap Yuan.
Yuan lalu menyebrang jalan, dan memasuki halaman gereja yang terlihat sepi. Namun langkahnya terhenti di depan pintu gereja, ia ragu untuk masuk.
Seumur ia hidup, ia tidak pernah menginjakkan kaki di tempat ibadah. Tumbuh tanpa seorang ibu membuatnya sedikit tidak percaya dengan Tuhannya.
Yuan melangkah mundur tapi ia kembali berhenti, ia ingin sekali masuk dan berdoa untuk kesembuhan Naresh tetapi apakah tuhan akan mengabulkan doanya(?)
Saat tengah berpikir tiba-tiba seseorang menepuk bahunya, Yuan segera berbalik dan terlihat wanita cantik dengan pakaian dokternya yang tengah tersenyum.
"Kenapa tidak masuk?" Tanya wanita itu.
"Ah tidak aku hanya ragu saja, karena ini kali pertamaku berniat untuk ke gereja. Aku takut dia tidak menerima doa ku." Jawab Yuan.
Yuan rasanya sedikit tenang melihat senyuman wanita itu, menurutnya wanita itu sangat cantik.
"Jika kamu memang ingin berdoa dengan tulus, tuhan pasti akan menerima dan mengabulkannya. Kau jangan ragu untuk mengadu padanya, karena tuhan suka dengan kita manusia yang mengadu padanya." Ucap wanita itu.
"Ayo cobalah untuk masuk." Ajak wanita itu.
Masih sedikit ragu, Yuan mengikuti wanita itu memasuki gereja. Terlihat hanya beberapa orang yang tengah berdoa, bahkan ada yang sampai menangis. Mungkin mereka salah satu keluarga dari pasien yang di rawat di rumah sakit.
Sampai di depan wanita itu terlihat mulai menyatukan kedua tangannya dan berdoa sambil bersimpuh, sedangkan Yuan hanya berdiam diri.
Tak lama Yuan memilih untuk pergi dari sana, meninggalkan wanita itu yang hanya tersenyum melihat kepergiannya.
Olin menghela nafas panjang, sudah pukul 7 pagi tetapi operasi masih belum selesai.
Olin menyenderkan kepalanya ke dinding di belakang, ia lelah menunggu keberhasilan operasi. Bahkan air matanya sudah mengering karena menangis semalaman.
Tak lama Yuan datang, ia lalu memberikan paper bag yang ia bawa. Juga ketoprak yang ia beli tadi.
"Mandi terus kita sarapan." Titah Yuan.
Sebenarnya Olin ingin menolak, tetapi ia tak mau sakit dan berakhir tak bisa menemani Naresh. Karena itu, ia menurut dan pergi ke toilet rumah sakit.
Sambil menunggu Olin, Yuan terlihat berkirim pesan dengan Sagara. Menanyangkan perkembangan pencarian ayah Naresh.
"Gimana perkembangan pencariannya?" Tanya Olin, keduanya sekarang baru saja selesai sarapan.
"Mereka lagi otw buat sergap ayahnya Naresh, dia kabur ke kota yang cukup jauh." Jawab Yuan.
"Semoga tuh tua bangka bisa cepet ketangkep dan di hukum mati nantinya." Ucap Olin dengan emosi.
Yuan mengangguk, ia lalu melirik lampu ruang operasi yang tepat mati. Pertanda Operasi selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paguyuban lima sekawan✔️
Novela JuvenilKata orang masa masa SMA itu masanya jatuh cinta dan banyak kenangan yang tidak akan pernah terlupakan. Dan itu memang benar. Mereka berlima mulai merasakan apa itu jatuh cinta, rasa sakit, dan merelakan di tahun ketiga SMA. Akan kah perasaan mereka...
