23

25 25 15
                                    

Suara ketukan palu terdengar tiga kali setelah hakim memutuskan hukuman untuk pelaku.

Ayah Naresh dijaga oleh para polisi untuk keluar dari ruang persidangan, namun langkahnya terhenti karena Alex dan Yuan yang berada di belakang sang papa menghadang jalan mereka.

Naresh membuang wajahnya saat ayahnya menoleh ke arahnya, ia tak sudi melihat orang itu.

"Sangat disayangkan kau akan mati dengan mudah, jika bisa aku ingin membuatmu menderita sebelum mati. Orang sepertimu tidak pantas mati dengan mudah, tetapi selamat menunggu giliran hari eksekusimu." ucap Alex.

Alex mundur beberapa langkah, membiarkan Yuan mengatakan apa yang ia ingin katakan.

"Seharusnya kalian bersyukur memiliki putra seperti Naresh, tapi kalian malah menyia-nyiakannya. Aku harap neraka sekalipun tidak akan mau menerima dirimu." ucap Yuan, setelahnya ayah Naresh digiring kembali oleh polisi pergi dari sana.

Naresh menghela nafas lega, melihat itu Alex mendekat dan mendorong kursi roda Naresh keluar dari ruang persidangan.

"Sekarang kau tidak perlu mengkhawatirkan apapun lagi, lakukan apa yang ingin kau lakukan." ucap Alex.

Naresh tersenyum lalu mengangguk, seharusnya Naresh tidak perlu khawatir. Karena sebelumnya pun ia hidup sendirian, tanpa adanya sosok orang tua yang mengajarinya hal yang benar atau salah.











.











Sekarang Yuan dan Naresh sudah sampai di depan rumah Yuan, hari ini dan seterusnya Naresh akan tinggal di sana atas perintah dari Alex agar lebih mudah mengawasi anak adiknya itu.

Teman-teman mereka yang lain memang tidak datang ke persidangan karena harus sekolah, sedangkan Yuan memilih menemani Naresh ke persidangan.

Setelah mengantarkan dua remaja itu, Alex kembali pergi menuju kantornya karena masih banyak yang harus ia urus.

Yuan mendorong kursi roda Naresh memasuki rumah itu, dan tepat keduanya sampai di ruang tamu tiba-tiba mereka mendapatkan kejutan.

"WELCOME BACK NARESHA XAVIER!!!!" Teriak semuanya dengan nyaring.

Naresh terdiam ia masih bingung dengan situasi saat ini, teman-temannya ini menyambut kembalinya ia ke rumah tapi kenapa seperti memberi kejutan ulang tahun.

"Ayo tiup lilinnya." ucap Viora.

Olin sudah tersenyum sambil menyodorkan kue di tangannya ke depan Naresh.

"Jangan ege ntar si Rizky di tangkep warga." ucap Rey.

"Lo kata gue babi ngepet." ucap Rizky yang membuat semuanya tertawa.

"Tiup buruan itu lilinnya, kasian malaikat lo tuh nahan pegel." tegur Hael karena Naresh tak kunjung meniup lilinnya.

Naresh dengan segera meniup lilin itu dan mengambil kue di tangan Olin.

"Yuyu pegangin kuenya dong kasian calon ibu dari anak-anak gue tangannya pegel." pinta Naresh sambil menyerahkan kue yang cukup besar dan berat itu kepada Yuan.

"Biadab lo." kesal Yuan.

"Nah sekarang waktunya kita barbeque!!!!!" seru Daniel dengan girang.

Semuanya lalu pergi ke halaman belakang rumah Yuan, dengan Olin yang mendorong kursi roda Naresh.

Di belakang terlihat persiapan pesta barbeque yang sudah siap, sepertinya mereka memang sudah merencanakannya.












Rizky menatap takut pada Rey yang tengah memotong daging dengan garang.

"Garang banget sih motongnya." celetuk Rizky.

"Apa!!! Lo mau punya lo gue pangkas juga?!???" emosi Rey membuat Rizky meneguk ludahnya kasar.

Ia lalu dengan segera berlari ke arah Daniel, Hael, dan Yuan yang tengah mengambil mangga.

"Itu yang atas kak mangganya mateng, enak pasti kalau di jus." arah Daniel pada Hael yang tengah berada di atas pohon mangga.

Hael menghela nafas, punya pacar laki tapi gak bisa manjat pohon.

Hael laku memetik mangga yang diminta Daniel dan melemparnya ke bawah, namun naas Mangga itu malah mengenai kepala Yuan yang tengah jongkok sambil menggrogoti mangga di tangannya.

"Anjir Hael lo kalau punya keluh kesah sama gue bilang kek!!" seru Yuan sambil mengusap pelan kepalanya.

"Gak sengaja, lagian cuma mangga doang bukan kelapa yang kena pala lo." ucap Hael.

"Ya kalau itumah bisa-bisa geger otak gue." ucap Yuan.

Yuan berdiri dari jongkoknya dan lebih memilih menghampiri Sagara yang tengah memasak makanan.

Dirasa cukup, Hael turun dari pohon dan menyuruh Daniel juga Rizky memunguti mangganya. Ia akan membuat jus mangga segar hasil nyolong dari pohon mangga milik Alex.








Samudera menatap julid ke arah Naresh yang tengah bermanja-manja pada Olin, pemuda itu sama sekali tidak mau di tinggal oleh Olin. Membuat Olin tidak bisa membantu yang lainnya.

Samudera merolling kan matanya, ia lalu beranjak menghampiri Rasya dan Fahri yang bertugas memanggang daging.

Plak!

"Adduhhhh..... Kenapa sih Sam?" Tanya Rasya yang baru saja menerima geplakan di kepala belakangnya dari Sam.

"Lo mau bantuin atau mau makan sih?!?? Gue liat dari tadi lo makanin daging yang udah mateng." jawab Sam, sedangkan Rasya hanya cengegesan.

"Tau nih si babi malah makan bukannya bantuin manggang." kesal Fahri.

"Loh ini kenapa dagingnya baru sedikit?" Tanya Rey yang datang menghampiri untuk mengecek.

Sam dan Fahri dengan kompak menunjuk Rasya, sedangkan Rasya yang mulutnya penuh hanya bisa memperlihatkan tanda peace.

Rey tersenyum namun bagi Rasya senyum terseram sedunia, Rasya sudah mengambil ancang-ancang kabur saat Rey berjalan mendekat dengan pisau daging yang masih di tangannya.

"RASYA GUE JADIIN LO BABI GULING YA ASU!!!!!" teriak Rey dan langsung mengejar Rasya yang berlari.

Yang lain tidak ada yang berniat membantu Rasya, biar saja pemuda itu mendapatkan amukan dari Rey.

"Jadi si Rasya mau di jadiin babi guling atau anjing guling?" tanya Olin polos.

"Hhhmmmm..... Kamu jadi guling ku aja mau gak, biar bisa aku pelukin setiap malem." ucap Naresh.

"Apa sih, nyambung aja nih jodoh." ucap Olin.

"LAMA-LAMA NIH BUMI AJA YANG GULING, TEMENAN SAMA LO BERDUA DI BAYAR IRI DENGKI DAN DOSA KAYAKNYA!!!!" Emosi Shifa yang sedari tadi mendengarkan obrolan romantis Naresh dan Olin.

"Jomblo iri aja." sarkas Naresh.

"Heh bajingan inget ya hubungan kalian aja masih gantung." balik sarkas Shifa membuat Naresh skakmat.

"Woy Shifa, daripada di situ liatin orang bulol mending lo bantuin ngitungin bintang sama kita." ajak Cita yang tengah duduk bersama Juli.

"Sampe si Rasya gak aneh pun gak akan kelar lo pada ngitungin bintang." ucap Shifa.

Shifa merenung, ia tidak salah masuk circle pertemanan kan(?).













☺☺☺

Paguyuban lima sekawan✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang