20

21 24 10
                                    

Naresh tersenyum saat Olin datang menjenguknya masih dengan menggunakan seragam sekolahnya.

"Kamu harusnya pulang aja dulu." Ucap Naresh sambil mencoba untuk duduk.

Olin membantu Naresh yang berusaha duduk itu, ia lalu menaruh bantal di belakang punggung Naresh agar pemuda itu duduk dengan nyaman.

"Gak papa, nanti kalau Sam sama Yuan udah kesini aku pulang. Lagian kamu pasti bosen sendirian di sini." Ucap Olin.

Olin duduk di bangku dan membawa mangkuk bubur di nakas sebelah ranjang Naresh, pemuda itu belum memakan makan siangnya.

"Lain kali kalau di suapin suster harus mau."-Olin.

"Ngapain harus disuapin suster kalau kamu ada buat suapin aku."-Naresh.

"Gak usah ngomong manis, kalau ganti perban aja nangis kayak anak kecil."-Olin.

"Sakit tau walaupun cuma ganti perban, rasanya kepalaku mau di copot sama dokternya."-Naresh.

"Mana mungkin gitu!!! Kalaupun iya, ntar ku buat putus dulu tangan tuh dokter."-Olin.

Naresh terkekeh mendengar ucapan Olin, ia lalu menerima suapan dari Olin.

"Oh iya soal di rooftop waktu itu—"

"Kita bicarain nanti ya, sekarang kamu fokus aja sama penyembuhan luka kamu. Yang terpenting sekarang itu kamu harus bisa keluar dari rumah sakit secepatnya." ucap Olin memotong perkataan Naresh.

Naresh terdiam, ia berpikir apa Olin masih marah padanya soal di rooftop itu hingga tidak mau membicarakannya.

Keduanya menoleh ke arah pintu rumah sakit yang terdengar rusuh.

Bruk!

"Minggir kek lo!!! Gue mau nengok bang Naresh!!!" Seru Rizky.

"Yang harusnya minggir itu lo!! Gue mau nengok temen gue, lo bocil minggir dulu!!!!" Seru Rey tak mau kalah.

Keduanya sekarang tengah saling geser di daun pintu, membuat yang lain di belakang tidak bisa masuk.

"Ya elah Rey...... Kan ini kita jadi nyangkut!!!" -Rizky.

"Gara-gara lo ya, seandainya lo ngalah kita gak mungkin nyangkut gini!! Lagian badan kita gak gede-gede amat kenapa bisa nyangkut sih!!!"-Rey.

"Lo pada minggir atau gue masuk lewat jendela nih!!" ucap Yuan yang sudah bersiap memanjat jendela, beruntung Viora menahannya.

"Lo liat pake biji mata kecil lo itu!!! INI KITA NYANGKUT ANJIR!!!" kesal Rey.

"Harusnya tadi gue iket aja kalean di parkiran." Celetuk Viora.

Naresh dan Olin hanya duduk diam juga melihat, mereka tidak ada niatan membantu. Lebih baik menonton saja.

Hael menarik nafas, ia lalu memberikan tasnya kepada Samudera membuat pemuda itu menatapnya kesal.

Rizky dan Rey mulai was-was saat mendengar Hael tengah meregangkan tangan juga lehernya di belakang sana.

"Ini kita beruntung atau gak sih? Soalnya kalau kenapa-napa tinggal panggil dokter." bisik Rey pada Rizky.

"EMAAAKKKK" teriak Rey.

"MAMA!!!!" teriak Rizky.

Keduanya memegang punggung mereka yang di dorong dengan sangat amat keras oleh Hael.

"Bikin orang keluar energi aja lo pada." Ucap Hael yang masuk dengan santai.

Samudera memutar mata nya malas, ia lalu melempar tas Hael ke sang pemiliknya dan duduk di sofa yang ada di sana.

Paguyuban lima sekawan✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang