Porsche telah berada di kamarnya, air matanya telah menetes dan jatuh membasahi pipi mulusnya, apa ini adalah akhir dari penantian nya, ucapan kinn hanya bualan, dan apakah perlu dirinya pergi dari sini saja untuk menghilangkan rasa sakit nya lagi dan lagi
"Sakittt hiks kinn kau tega padaku" Ucap Porsche menangis lirih
Semua yang mereka lakukan ternyata hanya sia sia belaka, kinn tetap pada hubungan lama nya yaitu dengan namtan adiknya, hubungan mereka ternyata tidak berhasil lagi, semua kenangan mereka dan semua apa yang mereka lakukan ternyata hanya cukup sampai di sini saja
"Hiks kinn"
Porsche mengusap wajahnya dengan kasar, tidak bisa, dia tidak bisa untuk melihat dan menyaksikan kedatangan keluarga kinn untuk melamar namtan, dia benar benar tidak bisa menyaksikan semuanya, hatinya tidak siap untuk kembali terluka, walaupun saat ini dia sudah merasakan rasa sakit itu
Apa lebih baik dia pergi saja dari sini, maka pastinya semuanya tidak akan dia lihat, adiknya akan bahagia dengan kinn, pikiran nya pun sudah buntu total, mungkin kinn memang telah merencanakan semua ini, kinn ingin membalasnya dengan membuat nya kembali jatuh dan saat saat dirinya tenggelam kinn justru kembali dengan namtan
"Betapa buruknya pikiran ku, tetapi aku benar benar tidak bisa berpikir dengan jernih sekarang" Desis Porsche lesu
Tok
Tok
Tok
Ketokan pintu sedikit cepat di depan kamar nya membuat Porsche berdiri, mengusap pipinya kecil Porsche mencoba merubah mimik wajahnya agar kembali normal dan tidak terlihat jika dia telah menangis
"Sayang"
"Papa" Gumam Porsche ragu mendengar suara dari balik pintu kamarnya
Untuk apa papa nya datang ke kamar nya, apa ada hal penting yang ingin di bicarakan dengan nya, ataukah masakan sang mama telah siap dan sekarang adalah waktunya agar mereka berkumpul dan menyantap makanan bersama-sama tetapi biasanya yang mempunyai tugas untuk memberitahukan nya adalah adiknya
"Ya pa" Jawab Porsche cepat
Cklek
"Apakah papa boleh masuk sayang" Tanya tuan kittisawat berwibawa pada Putra nya yang mematung di depan pintu yang sudah terbuka dengan lebar
"Emm tentu saja masuk lah pa"
Porsche mempersilahkan papa nya untuk masuk, dan Porsche berjalan menuju tempat duduk yang ada di kamar nya, di sana terdapat sofa untuk mengobrol, entah mengapa jantung Porsche berdetak dengan cepat, papa nya datang dan Porsche tidak mempunyai kepentingan penting dengan sang papa, dia tidak terlalu dekat akibat sikap papa nya yang lebih dominan menyayangi namtan
"Apa yang ingin papa bicarakan dengan ku"
Tuan kittisawat tersenyum kecil, kinn dan Porsche Putra nya memiliki kesamaan, yaitu tidak ingin berbasa-basi lebih dan ingin membicarakan sesuatu secara cepat
"Papa hanya ingin bercerita dengan mu karena kau adalah anak tertua papa sayang" Ujarnya kalem
"Apa kau tau akan kedatangan keluarga kinn di mansion ini nantinya hem" Tanyanya
Porsche menggeleng kecil, lebih baik dia berbohong untuk menutupi semuanya, jika dia berucap mengetahui lantas apa yang akan dia dapat kan, papa nya hanya akan mempercayai namtan di atas segala nya, dan hubungan nya dengan kinn pun akan kandas, jadi lebih baik Porsche berpura-pura bodoh
"Tidak papa"
"Keluarga mereka akan datang, papa merasa jika adikmu akan segera menyandang nama besar theerapanyakul, kau tau sayang... Adikmu benar benar mencintai kinn, papa harap mereka bisa bersama"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐑𝐞𝐯𝐞𝐧𝐠𝐞 𝐈𝐧 𝐌𝐚𝐫𝐫𝐢𝐚𝐠𝐞
Fanfiction"𝐓𝐞𝐭𝐚𝐩 𝐦𝐚𝐧𝐢𝐬 𝐰𝐚𝐥𝐚𝐮𝐩𝐮𝐧 𝐛𝐮𝐬𝐮𝐤 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐝𝐢 𝐢𝐧𝐠𝐚𝐭" 𝐃𝐞𝐬𝐢𝐬 𝐊𝐢𝐧𝐧