Chapter 4

32K 2.1K 2
                                    

5 hari kemudian, keadaan Afiza mulai membaik, ia mencuci pakaian kotornya yang telah menumpuk beberapa hari ini.
Dikarenakan dirinya demam, maka mau tidak mau Afiza harus menunda kegiatan mencucinya itu hingga ia sembuh.

Sinta berjalan menghampiri Afiza.
"Afiza". Tak menyahut, sahabatnya itu terlalu asyik dengan kegiatan mencucinya.

"AFIZA!!". Sinta berteriak di telinga Afiza, sedangkan sang empu terlonjak kaget.
"Aaaa!!~".

"Sintaaa ish, apaan sih? kaget tau". Afiza mendengus kesal seraya mengerucutkan bibirnya.

"Pfftt bwahaha, lagian kamu sih dari tadi dipanggil gak nyaut". Sinta tertawa puas melihat ekspresi sahabatnya itu saat terkejut.

"Dih, kapan? perasaan baru sekali itu, tadi kamu panggil Afiza teriak langsung di telinga".

"Kamu terlalu asyik nyuci makanya gak denger yaelah".

"Oalah  gitu, hehe afwan deh".

"Ba'da isya' ikut ke gedung aula kan? katanya sih ada kumpulan nggak tau bahas apa".

"InsyaAllah ikut Sin".

**

Pukul 19:20 ba'da isya', kini seluruh santri putra maupun santri putri berkumpul di gedung aula ma'had. Karena gedung aula yang sangat luas maka santri putra dan santri putri dapat berjarak cukup berjauhan dan dibatasi dengan kain juga papan pembatas.
Gus Aidan melangkah menuju gedung aula dengan langkah lebarnya, membuat para santri yang awalnya ricuh seketika menjadi hening.

"Eh Gus Aidan dateng". Naura berbisik kepada dua sahabatnya yaitu Lisa dan Naya.

Posisi ketiganya berada di barisan paling belakang, dekat pintu gedung aula. Naura berharap bahwa ia yang dilihat pertama kali oleh Gus Aidan. Namun nihil, Gus Aidan sedari jauh berjalan dengan menundukkan pandangannya.

Karena Allah SWT berfirman : "Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu lebih suci dari mereka. Sungguh Allah Maha Mengetahui apa yang mereka buat". (QS An-Nur : 30).

Gus Aidan berjalan melewati semua santri, dan akhirnya ia duduk di depan dengan ditemani oleh ustadz Zayyan.
Naura yang melihat itu pun membelalakkan matanya.
"Loh kok Gus Aidan gak liat aku sedetik pun sih?".

"Haha- ups, sabar Ra". Naya menahan tawanya.

"Udahlah, beliau kan emang sangat menjaga pandangannya". Ujar Lisa.

"Kesel, padahal udah dandan rapi, cantik gini!". Naura mendengus kesal, membuat Lisa dan Naya menggelengkan kepala.

**

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh". Salam Gus Aidan kepada semua santri yang berada di gedung aula.

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh". Jawab seluruh santri juga ustadz Zayyan serentak.

"Para santri putra dan santri putri, pada malam hari ini, saya mengumpulkan kalian semua di gedung aula untuk menyampaikan informasi dari beliau kyai Rofiq, tentang pelaksanaan imtihan (ujian) madrasah yang akan dilaksanakan bulan depan. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi sebelum melaksanakan imtihan. 2 hari sebelum imtihan semua santri wajib melengkapi semua kitabnya, tidak boleh ada yang kosong. Dan khusus santri kelas 12 wajib setor hafalan surah yaasin". Gus Aidan menjeda sesaat.

Uhibbuka Fillah Gus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang