Keesokan harinya pada waktu sore menjelang malam, suasana dirumah ustadzah Ica begitu ramai, asatidz, asatidzah juga para kerabatnya ustadzah Ica, ikut serta membantu mempersiapkan pernikahan ustadzah Ica dan Kang Faiz. Ya, pernikahan mereka diadakan pada waktu sore hingga malam hari.
"Assalamualaikum". Salam Gus Aidan dan Afiza saat memasuki rumah ustadzah Ica.
"Waalaikumussalam". Jawab seluruh orang yang berada disana.
"Loh, abah sama ummi sudah sampai?". Tanya Gus Aidan.
"Ya sudah Dan, nih ummi kamu gak sabaran banget".
"Hehe ummi gitu loh, maaf ya bah".
"Mas, Afiza boleh lihat ustadzah Ica nggak?". Ucap Afiza berbisik seraya menggoyangkan lengan suaminya.
"Boleh, jangan lama-lama ya?". Afiza mengangguk.
"Afwan abah ummi, Afiza izin sebentar. Assalamualaikum".
"Oh iya nak, waalaikumussalam".
Beberapa jam telah berlalu, acara pernikahan kang Faiz dan ustadzah Ica berjalan dengan lancar tanpa suatu kendala apapun. Semua tamu undangan memberikan selamat atas pernikahan kang Faiz dan ustadzah Ica, tak lupa juga Gus Aidan dan Afiza pun memberi ucapan selamat sebelum mereka kembali pulang.
"Mabruk (selamat) ya kang Faiz dan ustadzah Ica, samawa!". Ucap Gus Aidan dan Afiza.
"Aamiin, syukron katsiron Gus dan Ning".
"Gus, saya sangat berterima kasih, ini semua juga karena bantuan dari njenengan Gus". Ucap kang Faiz, ustadzah Ica dan Afiza bingung, mereka tidak mengerti apa yang diucapkan kang Faiz.
"Maksudnya gimana mas?". Tanya Afiza menatap suaminya.
"Jadi gini Ning, dulu Gus Aidan bantu saya buat berbicara ke kyai untuk melamarkan ustadzah Ica buat saya, soalnya saya masih malu waktu itu".
"Oalah, kirain kenapa". Sahut Afiza membuat orang yang mendengarnya tertawa.
"Yasudah kita pulang dulu kang".
"Na'am Gus, Ning. Fii amanillah".
**
Dalam perjalanan pulang, Afiza selalu memandang ke arah luar mobil. Meskipun waktu sudah malam, jalanan yang mereka lewati masih ramai, hingga mata Afiza menangkap sebuah tempat luas yang ramai pengunjung. Banyak sekali wahana dan jajanan yang dijual berjajar di tempat tersebut.
Mata Afiza berbinar, rasa kantuknya hilang seketika."Mas, Afiza mau kesitu, ayoo!".
Gus Aidan menatap intens tempat yang ditunjuk oleh Afiza.
"Oh istri kecilnya mas mau ke pasar malam, yaudah yok"."Padahal Afiza bukan anak kecil, kok dipanggil istri kecil sih mas?". Afiza memajukan bibirnya kesal.
"Umur dibawah mas tetep anak kecil".
"Selisih lima tahun doang padahal".
"Sama aja, apalagi selisihnya lima tahun, wah anak kecil banget, jadi mas panggil kamu istri kecilnya mas, wlee!".
Afiza memutar bola matanya malas. "Hadehh terserah mas aja deh, yang penting Afiza mau kesitu sekarang!".
"Iya ini lagi cari parkiran sayang, astaghfirullah".
Gus Aidan dan Afiza memarkirkan mobil, baru saja mereka turun dari mobil, Afiza langsung berlari ke arah penjual ice cream. Ya, disaat seperti ini lah jiwa kekanak-kanakan Afiza muncul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uhibbuka Fillah Gus [END]
Novela JuvenilAfiza Nur Zahra, seorang santri yang sangat mengagumi Gus nya, Muhammad Aidan Ghazanfar. Putra dari seorang kyai besar pemilik pondok pesantren Al-Hamid. Gus muda yang paham agama dan cuek terhadap lawan jenis. Namun, seiring berjalannya waktu pera...