Gus Aidan memutuskan untuk kembali ke rumah karena hari sudah mulai gelap, ia benar-benar bingung, tak tahu lagi harus mencari istrinya kemana.
Gus Aidan berjalan pelan dengan kepala tertunduk dan membuka pintu rumahnya.Ceklekk!
"Mas Aidan?!" Mata Afiza berbinar dan langsung berlari memeluk erat Gus Aidan hingga sedikit terhuyung.
"Af-Afiza? i-ini benar-benar Afiza istri saya?" Gus Aidan memandangi wajah Afiza, dan Afiza hanya mengangguk.
"Mas dari mana aja hiks, Afiza t-takut di rumah sendirian, katanya keluar sebentar, tapi kok lama, hiks!"
Gus Aidan tak mampu berbicara, ia langsung menarik lembut tangan Afiza dan mendekapnya.
"Alhamdulillah sayang kamu baik-baik saja, mas dari tadi siang nyari kamu keliling-keliling, kamu dari mana saja?"
"Ma-maksudnya?" Cengo Afiza yang masih saja tak paham.
"Sini duduk dulu." Gus Aidan menuntun Afiza untuk duduk di sofa ruang tamu, kemudian ia mengusap air mata Afiza yang turun membasahi pipi chubby milik istrinya itu.
"Jadi sebenarnya mas udah pulang dari tadi siang, tapi mas cari-cari kamu gak ada, mas panik jadi mas keluar lagi buat cari kamu. Darimana saja hmm?" Sambung Gus Aidan menjelaskan.
"Afiza dari masjid mas, karena Afiza takut di rumah sendirian, yaudah Afiza pergi ke masjid aja." Jawab Afiza dengan wajah polosnya. Gus Aidan terkekeh pelan mendengar jawaban dari istrinya.
"Ya Allah sayang, kamu suka banget ya nongkrong di masjid?" Afiza mengangguk yakin.
"Heem, walaupun di masjid tadi cuma ada Afiza, gak tau kenapa Afiza ngerasa aman aja gitu mas kalau di masjid."
"Yasudah mas mau mandi dulu, habis itu kita sholat, ya?"
**
"Mas udah makan belum?" Gus Aidan menggeleng.
"Ayok kita makan bareng!"
Setelah itu keduanya menuju meja makan untuk mengenyangkan perut, dan benar saja sampai sekarang Afiza masih belum menyadari ada beberapa bekas tonjokan pada wajah Gus Aidan, ia baru menyadarinya setelah acara makan selesai. Afiza tak segan-segan untuk langsung bertanya to the point.
"Mas, itu kenapa?" Tangan Afiza terangkat hendak menyentuh wajah Gus Aidan, segera suaminya itu menyembunyikan wajahnya.
"Ti-tidak apa-apa." Elak Gus Aidan. Namun, Afiza sedikit kasar menyentuh wajah Gus Aidan.
"Awss sakit sayang, eh-" Gus Aidan keceplosan mengakui bahwa dirinya sedang terluka dan masih merasakan sakit, Afiza pun refleks terlonjak kaget.
"Mas habis berantem?" Gus Aidan tak berani menjawab, melainkan hanya menunduk dalam-dalam. Afiza mulai meneteskan air mata.
"Ini pasti gara-gara Afiza kan? hikss, jawab mas!" Kepala Gus Aidan terangkat ketika mendengar Afiza terisak, ia bingung. Apa yang harus ia jelaskan pada istrinya itu?
Gus Aidan menatap sendu ke arah Afiza, lalu ia langsung memeluk erat Afiza, guna menenangkan istrinya.
"Enggak, ini bukan salah kamu Afiza, tolong jangan pernah salahin diri kamu, ini bahkan tidak ada sangkut pautnya sama kamu. Ssstt, udah ya jangan nangis, mas gak suka lihat kamu nangis begini sayang!" Ucap Gus Aidan yang berusaha menenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uhibbuka Fillah Gus [END]
Teen FictionAfiza Nur Zahra, seorang santri yang sangat mengagumi Gus nya, Muhammad Aidan Ghazanfar. Putra dari seorang kyai besar pemilik pondok pesantren Al-Hamid. Gus muda yang paham agama dan cuek terhadap lawan jenis. Namun, seiring berjalannya waktu pera...