Chapter 29

14K 899 3
                                    

Assalamualaikum teman-teman...
Hellaww nungguin gak? 😂

Happy reading🌻
.
.

Sesampainya Gus Aidan dan Afiza di ndalem kyai Hasan, seorang wanita paruh baya baru saja keluar dari dalam hendak menyambut Gus Aidan juga Afiza.

"Oalah ini Ning Afiza? cantik loh MasyaAllah". Bu nyai Hawa, istri dari kyai Hasan, yang memang baru pertama kali bertemu dengan Afiza.
Afiza tersenyum kikuk dan kemudian menyalami bu nyai Hawa dengan takdzim.

"Iya bu nyai, alhamdulillah". Sahut Gus Aidan.

Acara demi acara milad pondok pesantren Darussalam telah selesai, kini saatnya Gus Aidan dan Afiza kembali pulang. Mereka berpamitan kepada kyai Hasan dan bu nyai Hawa, juga abah Rofiq dan ummi Fatimah. Ya, abah Rofiq dan ummi Fatimah juga datang di sela-sela acara tadi.

Gus Aidan dan Afiza menaiki mobil dan kembali pulang ke rumahnya, selama diperjalanan keduanya tetap hening, tak ada yang mau mengawali pembicaraan.
Meskipun sama-sama hening, pikiran Afiza terus bertanya-tanya kenapa Gus Aidan bersikap dingin padanya? ia selalu saja memikirkan itu, hingga mobil mereka telah memasuki pekarangan rumahnya.

"Mas kenapa sih? Afiza buat kesalahan?".

"Maaf!". Sambung Afiza yang tetap tak dihiraukan Gus Aidan.

Suaminya itu fokus mengeluarkan beberapa kitab dari rak yang akan dibaca nantinya. Afiza merasa kesal karena dirinya yang sudah memaksa dan memberanikan diri untuk bertanya pada Gus Aidan, tapi malah tidak mendapat respon yang baik.
Afiza berjalan memasuki kamar dengan mata berkaca-kaca hendak menangis. Namun, saat ia akan melangkahkan kaki, kepalanya berdenyut nyeri kembali.

"Awss... Sakit ya Allah". Afiza meringis menahan sakit seraya memegangi kepalanya.

"Sstt sakitt!". Afiza terduduk dan menangis karena rasa sakitnya, ia berusaha berdiri.

Dan Gus Aidan yang mendengar istrinya merintih kesakitan, langsung membatalkan niatnya untuk membaca kitab, ia berlari menemui Afiza.

"Afiza!! kamu kenapa sayang, kepalanya sakit lagi hmm?". Gus Aidan panik, Afiza menepis tangan Gus Aidan.

"Gak usah peduliin Afiza!!".

"Minum obat dulu yuk, kamu hari ini belum minum obat".

"Enggak, nggak mau. Lepasin Afiza mas!".

Tak banyak bicara Gus Aidan langsung memeluk Afiza erat dan menggendongnya menuju kamar, Afiza memukul pelan dada suaminya berusaha berontak dari pelukannya, setelah itu Gus Aidan menyiapkan beberapa obat untuk Afiza minum.

"Ini sayang, obatnya diminum".

"Kenapa masih peduli sama Afiza?!".

"Minum dulu obatnya, nanti mas jelasin kenapa mas diemin kamu". Ujar Gus Aidan berusaha menenangkan Afiza. Namun, istrinya itu malah memalingkan wajahnya dan tak merespon perkataannya.

"Oh iya, mas ada sesuatu buat kamu". Gus Aidan beranjak menuju laci yang ada di lemari kamarnya kemudian kembali lagi menuju Afiza.

"Tadaaa!". Dua batang coklat ada ditangan Gus Aidan, ia tunjukkan kepada istrinya.

Mata Afiza berbinar melihat coklat itu, bagaimana tidak? coklat dan ice cream adalah makanan favorit Afiza sejak kecil. Tetapi Afiza berusaha agar tidak terkecoh dengan bujukan suaminya, ia masih kesal karena telah diacuhkan oleh Gus Aidan.

Lagi-lagi Afiza memalingkan wajahnya, kepalanya kembali berdenyut dua kali lebih sakit dari sebelumnya. Afiza memejamkan mata dan memegangi kepalanya dengan kedua tangannya. Gus Aidan semakin bingung, sedari tadi Gus Aidan sudah memaksa istrinya untuk meminum obat, tapi tetap saja Afiza menolak.

Uhibbuka Fillah Gus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang