Chapter 33

14K 814 5
                                    

"Nak Aidan, jaga istrimu dengan baik ya, papa sama mama kan jauh. Jadi semuanya kami percayakan sama kamu, ya? ".

"Iya pa, Afiza kan istrinya Aidan. Tanpa papa sama mama meminta pun, pasti Aidan jaga baik-baik". Andre dan Zizah mengangguk dan mengulum senyumnya.

"Mas!". Afiza berbisik menyenggol lengan suaminya itu. Gus Aidan mendekatkan telinganya ke arah Afiza.

"Kepala Afiza sakit lagi, Afiza mau istirahat di kamar tapi gak enak sama mama papa".

"Masih kuat?".

Afiza mengangguk. "InsyaAllah kuat".

"Kenapa nih kok bisik-bisik?". Sela Zizah ketika menyadari putri dan menantunya tengah berbisik.

"Iya, ngomongin apa sih kalian?". Sambung ummi Fatimah.

"Eee-". Gus Aidan hendak menjawab pertanyaan mereka. Namun, Afiza dengan cepat mencegahnya.

"Gapapa kok ma, ummi. Hehe".

"Ummi... Biarin aja toh, mereka juga punya privasi loh!". Sahut abah Rofiq dan membuat semua orang tergelak.

Wajah Afiza semakin pucat menahan sakit yang berdenyut di kepalanya, panik? tentu saja. Gus Aidan memandang sendu ke arah istrinya, ia juga bingung, entah harus beralasan apa dihadapan kedua keluarganya.

"Maaf abah, ummi, mama sama papa. Aidan izin mengantar Afiza ke kamar dulu, sepertinya Afiza kelelahan". Ucap Gus Aidan seadanya.

"Oh iya silahkan nak".

"Afiza, kamu harus banyak istirahat ya nduk, yaudah sana". Peringat ummi Fatimah yang diangguki oleh Afiza.

Setelah itu Gus Aidan dengan hati-hati menuntun Afiza menaiki anak tangga, menuju kamar untuk beristirahat.

"Kamu bawa obatnya nggak sayang?". Afiza menggeleng lemah.

"Mas juga lupa tadi gak bawain, yaudah mas ke apotek dulu sebentar, ya?".

"Tunggu mas! mas harus janji ya, jangan kasih tau tentang kak Niko pada siapapun, terutama sama mama papa".

"Kenapa? mereka kenal?".

"Heem, pokoknya jangan, takut mereka kepikiran mas. Biarlah ini jadi rahasia kita berdua, oke?". Gus Aidan mengangguk pasrah, lalu pergi ke apotek untuk membeli obat.





**





Sore hari, Afiza baru saja terbangun dari tidurnya. Ia mengerjapkan mata, menetralkan cahaya yang masuk ke retinanya.

"Mas, mama sama papa udah pulang?".

"Sudah, barusan".

"Kok gak bangunin Afiza sih?!". Afiza mendengus kesal.

"Mas gak tega bangunin kamu, kepalanya tadi masih sakit kan? terus kata mama sama papa juga gitu, biarin aja gak usah dibangunin kasihan, pasti capek".

"Emm yaudah deh ayo pulang".

"Sekarang?".

"Tahun depan!! ya iya lah sekarang!". Afiza bersikap ketus dan menatap tajam ke arah Gus Aidan.

"Astaghfirullah galak amat sih sama suami". Gus Aidan menggeleng pelan.

Setelah itu Gus Aidan bersiap dan kemudian menunggu Afiza di ruang tamu, Afiza juga tengah bersiap di dalam kamar. Tak lama kemudian, Afiza berteriak dari dalam kamar.

Uhibbuka Fillah Gus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang