Assalamualaikum teman-teman
Kalian apa kabar nih?
Jangan lupa jaga kesehatan🤗Happy reading🌻
.
."Afiza, kok kamu diem aja sih?". Sinta menepuk pelan lengan Afiza.
"E-eh itu Sin, Afiza... Afiza nggak tau. Emang kamu denger beritanya dari mana?".
"Gak tau juga sih, tadi gak sengaja denger obrolan santri lain pas mau kesini".
Entah mengapa saat ini Afiza merasa khawatir akan hubungan persahabatannya dengan Sinta akan bermasalah. Bukannya apa, Afiza hanya takut Sinta kecewa karena ia menyembunyikan suatu hal, pasalnya dari awal mereka kenal, mereka saling bertukar cerita layaknya seorang saudara kandung.
"Emm... Sinta?".
"Iya, kenapa Fiz? kamu ada masalah, kok muka kamu gak ceria gitu?".
"Sinta harus janji, nanti kapanpun itu kalau kamu denger kabar apapun tentang Afiza dari orang lain, bukan dari Afiza sendiri, kamu jangan kecewa ya?". Afiza menatap Sinta dengan tatapan sendu.
"Kamu nyembunyiin sesuatu dari aku?".
"M-maksud Afiza tuh semisal aja gitu, kalaupun ada sesuatu yang Afiza sembunyiin, pasti ada alasannya. Kamu percaya kan sama sahabatmu ini?".
Sinta menatap mata Afiza dengan rasa penasaran. "Gimana, janji?". Afiza mengangkat jari kelingkingnya.
"Iya deh, janji!". Sinta tersenyum dan melingkarkan jari kelingkingnya pada jari kelingking milik Afiza.
**
1 minggu kemudian, kegiatan imtihan berjalan dengan lancar tanpa ada kendala sedikitpun. Dan saat ini seluruh santri tengah melakukan ro'an (kerja bakti) di lingkungan ma'had.
Afiza dan Sinta diberi tugas membersihkan halaman sekitaran masjid pesantren, dimana tempat itu berada di dekat ndalem. Saat Afiza tengah asyik menyapu dan bercerita dengan Sinta, Gus Aidan memperhatikan Afiza dari balik pintu ndalem."Sstt.. Sstt.. Sayang!". Gus Aidan memanggil Afiza dengan suara yang sangat pelan, takut jika Sinta akan mendengarnya.
Afiza yang menyadari itu hanya menoleh dan mengangkat dagunya seraya menggerakkan mulutnya 'apa' tanpa suara.
"Afiza kamu ngapain?". Tanya Sinta, karena sahabatnya itu sedari tadi fokus melihat ke arah ndalem.
"Eh hehe enggak Sin, itu tadi aku lihat ada curut disitu". Jawab Afiza ngasal.
"Lah, astaghfirullah suami sendiri dikatain curut". Ucap Gus Aidan bermonolog mendengar jawaban istrinya.
"Sini sayang!". Gus Aidan melambaikan tangannya. Namun nihil, Afiza malah mengabaikannya dan tetap melanjutkan aktifitas ro'an.
Tanpa menunggu lama, Gus Aidan menghampiri Afiza dengan raut muka datar.
"Afiza ke ndalem sekarang, dipanggil ummi!"."Na'am Gus". Gus Aidan langsung masuk ke ndalem.
"Sinta, aku ke ndalem dulu ya, dipanggil bu nyai".
"Iya yaudah sana". Afiza pun bergegas ke ndalem.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uhibbuka Fillah Gus [END]
Fiksi RemajaAfiza Nur Zahra, seorang santri yang sangat mengagumi Gus nya, Muhammad Aidan Ghazanfar. Putra dari seorang kyai besar pemilik pondok pesantren Al-Hamid. Gus muda yang paham agama dan cuek terhadap lawan jenis. Namun, seiring berjalannya waktu pera...