Chapter 19

19.8K 1.3K 24
                                    

Suasana yang begitu tegang terasa di sebuah lapangan pondok pesantren Al-Hamid, membuat seluruh insan yang berada disana kebingungan. Gus Aidan melangkah ke arah laki-laki tersebut juga para asatidz dan asatidzah disertai dengan wajah tegasnya. Tidak hanya tegas, namun ia juga tengah menahan amarahnya.

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS Al-'Imran : 133-134).

Dari Abu Hurairah r.a, Nabi SAW telah bersabda : "Bukanlah orang kuat (yang sebenarnya) dengan (selalu mengalahkan lawannya dalam) pergulatan (perkelahian), tetapi tidak lain orang kuat (yang sebenarnya) adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah". (HR Bukhari & Muslim).

"Ada apa ini nak?!". Tanya ummi Fatimah cemas dan tidak sabaran.

"Ummi sabar dulu tenang ya, biar Aidan yang mengatasinya".

"Mohon maaf untuk ustadz dan ustadzah, karena telah membuat antum merasa kebingungan atas apa yang baru saja terjadi. Disini ada yang berusaha mencelakai istri saya". Ucap Gus Aidan tegas.

"Astaghfirullah Ning Afiza!". Gumam ustadzah Ica yang berhasil menangkap Naura dengan bantuan beberapa santri putri.

"Ya Allah abah, menantu kita". Ucap ummi Fatimah pada abah Rofiq.

"Rehan, bisa kamu ceritakan ulang awal mula kejadian ini terjadi?".

"Loh s-saya Gus?". Cengo Rehan yang langsung mendapat anggukan oleh Gus Aidan.

"Tidak usah takut, saya percaya sama kamu". Rehan menurut dan mulai menceritakan kejadian yang sebenarnya.

"Abah kyai, ibu nyai, dan Gus Aidan, saya meminta izin". Ucap Rehan seraya menundukkan kepalanya takdzim dan mendapat anggukan langsung oleh ketiganya.

Flashback on!

Rehan melangkahkan kakinya untuk menemui Gus Aidan, walaupun ia merasa ragu-ragu tapi baginya ini sangatlah penting.

"Assalamualaikum afwan Gus, saya ingin menyampaikan suatu hal yang sangat penting".

"Waalaikumussalam, tentang apa?".

"Ini menyangkut Ning Afiza".

"Katakanlah!".

"Tiga hari yang lalu, s-saya diajak bekerja sama dengan salah satu santri putri disini untuk menjebak Ning Afiza. Dan yang jelas akan ada seorang laki-laki yang bukan dari kawasan pesantren turut andil dalam hal ini. Entah apa yang akan dilakukannya, intinya santri putri tersebut akan memfoto seolah-olah Ning Afiza sedang bersama laki-laki lain dan memperlihatkan foto tersebut ke njenengan Gus". Jelas Rehan panjang lebar.

"Astaghfirullahaladzim Ya Allah... Lalu kamu menerima ajakan santri putri tersebut?".

"Na'am Gus, afwan jiddan. Jika saya tidak berpura-pura menerima ajakannya entah apa rencana yang ia buat, tapi saya tidak bisa mengatakan siapa santri putri tersebut Gus".

Uhibbuka Fillah Gus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang