Setelah melalui hiruk pikuk dan lalu lalang banyak orang, Gus Aidan dan Afiza tiba di rumah. Afiza langsung membawa barang belanjaan menuju dapur, kemudian ia memasukkan beberapa sayuran ke dalam kulkas untuk di olah beberapa hari kedepan agar tetap segar.
Gus Aidan yang baru saja selesai memarkirkan motornya di garasi, lalu berjalan menemui istrinya di dapur.
"Afiza". Gus Aidan memanggil istrinya dengan nada lembut.
Afiza menoleh menatap wajah suaminya, dan ia pun kembali tertawa puas karena mengingat kejadian di pasar."Huahahaha!".
"Ayangg ih kok gitu sih, suaminya diketawain mulu!". Gus Aidan mengerucutkan bibirnya kesal.
"Eh iya maaf maaf, Afiza kalau ketawa susah diemnya mas, HAHAHA". Afiza tertawa semakin keras.
"Dahlah!". Gus Aidan pergi menuju teras rumah, ia mendudukkan dirinya seraya memandang tanaman bunga yang indah.
"Mas ngambek ya? ciyee ngambek!". Afiza menoel hidung suaminya.
Gus Aidan bahkan tak menghiraukan nya sama sekali, ekspresi datar dan pandangannya tetap tertuju pada tanaman bunga.
"Ayang nya Afiza kalau ngambek jelek ih". Ucap Afiza membujuk, seraya memeluk suaminya dari samping. Gus Aidan yang dipanggil seperti itu tak bisa menahan senyumnya.
"Tuh senyum-senyum!".
"Hahaha iya deh, mas kalah sama istri kecilnya mas ini".
**
"Abah kalau lagi nggak enak badan gak usah ngisi kajian dulu". Ucap ummi Fatimah seraya memijit kaki abah Rofiq.
"Iya ummi, tapi gak enak sama warga sana, masa langsung dibatalin gitu aja. Soalnya kan acaranya hari ini".
"Suruh Aidan gantiin!".
"Loh Aidan kan gak pernah ngisi kajian mi, gak akan mau dia". Abah Rofiq membenarkan posisi duduknya menghadap ummi Fatimah.
"Coba dulu bah, biar ummi telpon sekarang".
**
Kring... Kring...
"Halo, assalamualaikum nak".
"Waalaikumussalam ummi, ada apa?".
"Bagaimana kabar menantu ummi Dan?".
"Alhamdulillah mi khayr. Menantu terus, anak sendiri gak ditanyain?". Gus Aidan mendengus kesal.
"Hahaha, iya iya afwan ya anak ummi yang ganteng ini, apa kabar?".
"Telat ummiiii astaghfirullah". Ummi Fatimah tergelak karena mendengar respon putranya yang tengah kesal itu.
"Oh iya nak, kamu bisa gantiin abah ngisi kajian gak? sore ini di masjid An-Nur".
"Hah? kok Aidan mi? kan Aidan gak pernah ngisi kajian".
KAMU SEDANG MEMBACA
Uhibbuka Fillah Gus [END]
Fiksi RemajaAfiza Nur Zahra, seorang santri yang sangat mengagumi Gus nya, Muhammad Aidan Ghazanfar. Putra dari seorang kyai besar pemilik pondok pesantren Al-Hamid. Gus muda yang paham agama dan cuek terhadap lawan jenis. Namun, seiring berjalannya waktu pera...