Mendengar perkataan dari Afiza, Gus Aidan langsung menyembunyikan tangannya.
"enggak kok"."Jangan bohong mas, Afiza lihat loh".
"Kamu salah lihat humairah".
"Siniin tangannya!". Afiza langsung menarik tangan Gus Aidan yang luka itu.
"Tuh kan, ini bekas darah". Afiza memegang luka yang ada ditangan suaminya.
"Aduduh sstt... Sakit sayang!".
"Masih perih ya? kok gak diobatin sih, Afiza panggilin suster dulu ya nanti biar diobati. Sus-".
"Eh ssttt, gak usah sayang ini cuma luka sedikit, nanti biar mas obatin sendiri, habis ini mas beli salepnya". Sahut Gus Aidan cepat.
"Mas beli sekarang aja, nanti biar Afiza yang ngobatin tangannya". Gus Aidan mengangguk nurut.
Kemudian Afiza dengan telaten mengoleskan salep tersebut ke tangan Gus Aidan dan memerbannya."Sayang maafin mas ya, kamu sakit gini masih aja ngurusin mas".
Afiza menarik napas panjangnya.
"Mas, mau sampai kapan minta maaf terus? Afiza bosen tau! lagian disini mas gak salah dalam segi apapun. Harusnya Afiza yang sangat sangat berterima kasih sama mas"."Kenapa gitu?".
"Karena mas Aidan udah jadi suami yang baik untuk Afiza, yang selalu siaga untuk menjaga istrinya dan selalu memastikan kalau istrinya baik-baik saja". Afiza mengulum senyum manisnya.
Ucapan Afiza mampu meluluhkan hati Gus Aidan, ditambah lagi dengan senyum manis yang terukir sempurna di wajah cantiknya. Setidaknya, itu sudah lebih dari cukup untuk mengurangi rasa bersalah Gus Aidan.
"Loh mas nangis?".
Gus Aidan menggeleng dan segera menyeka air matanya. Ia memeluk erat Afiza.
"MasyaAllah... Terima kasih banyak ya Allah, Engkau telah memberi hamba seorang istri yang mampu meneduhkan. Tak hanya meneduhkan mata, namun juga meneduhkan hati". Gus Aidan langsung mencium kening Afiza lama.
Ceklek!
"Eh maaf pak permisi, saya mau mengecek keadaan pasien". Ucap dokter yang sedikit merasa tak enak, karena seperti mengganggu kegiatan bucin pasutri tersebut.
"Iya dok silahkan". Gus Aidan mundur beberapa langkah, membiarkan dokter memeriksa keadaan Afiza.
"Alhamdulillah pak, sepertinya keadaan pasien sudah sangat membaik, besok sudah boleh pulang. Dan jangan lupa resep obat yang saya kasih semalam ditebus".
"Beneran dok? Afiza boleh pulang besok?". Tanya Afiza antusias. Dokter tersebut mengangguk dan mengulum senyumnya.
"Yeayy besok pagi-pagi kita langsung pulang ya mas!".
Gus Aidan mengusap kepala Afiza yang berbalut hijab.
"Na'am zaujati"."Baik saya permisi dulu".
"Terima kasih dokter".
**
Keesokan harinya, saat diperjalanan pulang, Afiza terus melihat-lihat sekeliling jalan. Dan benar saja, ia ingin membeli jajanan yang dijual beraneka macam di pinggir jalan. Tentu ini hal yang sudah menjadi kebiasaan bagi Afiza.
"Mas, mau beli itu!".
"Oke tuan putri, kita meluncur". Ucap Gus Aidan. Afiza yang mendengar itu pun terkekeh pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uhibbuka Fillah Gus [END]
Teen FictionAfiza Nur Zahra, seorang santri yang sangat mengagumi Gus nya, Muhammad Aidan Ghazanfar. Putra dari seorang kyai besar pemilik pondok pesantren Al-Hamid. Gus muda yang paham agama dan cuek terhadap lawan jenis. Namun, seiring berjalannya waktu pera...