Kemudian Afiza melanjutkan berjalan ke arah ndalem dengan kepala tertunduk seraya bergumam memikirkan perlakuan dari Naura.
'Ya Allah, Naura kenapa ya? apa Afiza berbuat salah sama Naura?'.
"Perasaan, Afiza gak ada masalah apa-apa tuh sama Naura". Ucapnya bermonolog.
Dugg!
"Aduhh". Afiza mengaduh karena kepalanya terpentok pintu ndalem, ia mengusap keningnya yang terasa sedikit sakit.
"Pfftt... bwahahaha". Gus Aidan tertawa puas melihat istrinya.
"Ih mas kok ketawa sih, Afiza nggak suka ya!". Ketus Afiza.
"Utututu sayangnya mas kejedot pintu, sini mana yang sakit?"
"Telat!!".
Cup!
Cup!
Blushh, pipi Afiza memanas akibat ulah suaminya yang tiba-tiba mencium pipi tembam miliknya.
"Dih pipinya merah, salting ya? kiw kiw". Goda Gus Aidan.
"NGGAK!".
"Aidan... Hayo jahilin istrinya terus". Tegur ummi Fatimah.
"Eh eng-enggak kok mi, enggak kan say-".
"Ummiii marahin mas Aidan tuh, suka jahilin Afiza terus!". Potong Afiza mengadu pada ummi Fatimah dengan puppy eyesnya.
"Tuh, Aidan udah eh, mending kalian siap-siap gih, terus berangkat".
"Na'am ummi". Jawab pasutri tersebut.
Setelah beberapa menit Gus Aidan dan Afiza bersiap-siap, juga mengemasi barang-barang yang akan mereka bawa, kini mereka telah siap untuk berangkat ke rumah barunya.
"Hati-hati ya nak jangan ngebut". Tutur abah Rofiq.
"Nggeh bah". Jawab Gus Aidan dan Afiza bersamaan.
"Eh buatin ummi cucu ya, ummi pengen gendong cucu nih". Bisik ummi Fatimah pada Afiza, namun masih bisa terdengar oleh Gus Aidan juga abah Rofiq.
"Hah?! i-iya ummi". Cengo Afiza dengan menunduk menutupi wajahnya yang tengah merah merona.
"Siap ummi! mau cucu berapa? nanti Aidan buatin". Sahut Gus Aidan.
"Mas!". Afiza melotot ke arah suaminya, dan disusul oleh suara tawa abah Rofiq dan ummi Fatimah.
"Yasudah, kami pamit ya abah ummi, assalamualaikum". Gus Aidan dan Afiza menyalami abah Rofiq dan ummi Fatimah secara takdzim.
"Waalaikumussalam".
**
"Kita saling kenal sudah lama bukan? tolong cari orang seperti yang aku maksudkan kemarin, paham?". Ucap seorang wanita kepada anak buah perempuannya melalui telepon.
"Maaf sebelumnya bos, ada masalah lagi ya sampai segitunya?".
"Gak usah banyak tanya, kamu bisa gak?!". Bentak si wanita.
Anak buahnya tersebut tersentak kaget. "B-baik bos, saya usahain secepatnya".
"Bagus!".
*Tutt...
Telepon terputus, wanita tersebut melemparkan ponselnya ke atas kasur miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uhibbuka Fillah Gus [END]
Teen FictionAfiza Nur Zahra, seorang santri yang sangat mengagumi Gus nya, Muhammad Aidan Ghazanfar. Putra dari seorang kyai besar pemilik pondok pesantren Al-Hamid. Gus muda yang paham agama dan cuek terhadap lawan jenis. Namun, seiring berjalannya waktu pera...