Satu hari yang kembali diawali dengan rintikan hujan. Pagi dengan cuaca dingin seperti ini membuat Bian menghabiskan waktu yang cukup lama untuk bangkit dari ranjangnya.
Kejadian selanjutnya sudah dapat ditebak. Iya, Bian kesiangan.
Pemuda itu lantas bergegas menuju kamar mandi lalu mengganti pakaiannya. Bian bahkan tak sempat sarapan dan langsung menggendong tas ranselnya. Beruntung semalam ia sudah menyiapkan bukunya. Masalah lengkap atau tidak ia juga tidak tau, dan sudah tak ada cukup waktu untuk itu.
Bian turun tergesa-gesa untuk menghampiri kakaknya, ia bahkan nampak seperti seorang yang tengah dikejar makhluk tak kasat mata. Melesat dengan kecepatan tinggi hingga ibu jari kakinya terpentok kaki kursi yang tengah di duduki kakaknya. Tak ada basa-basi, degan segera Bian menjabat tangan sang kakak untuk berpamitan. Salam yang ia ucapkan bahkan tak terdengar jelas di telinga Bagas.
"Hati-hati, Bi. Jangan lupa pake mantel." peringat Bagas pada adiknya.
"Siap, Berangkat ya Mas. Assalamualaikum!" Pamit Bian dari garasi motor sebelum ia meninggalkan rumah.
***"Assalamualaikum, Tara!" Tak ada jawaban, Bian lantas mencoba kembali.
"Assalamualaikum! Tar... berangkat sekolah yuk!" Percobaan kedua dan belum juga menunjukkan hasil.
Setelah kembali mencoba untuk yang ketiga kali namun nihil hasilnya, Bian lantas memutuskan untuk meninggalkan rumah sang kekasih. Namun baru saja ia hendak memalingkan tubuhnya, dirinya mendengar suara tuas pintu berdecit. Memilih untuk mengurungkan niatnya berangkat lebih dulu dan kembali ke posisi semula, Bian justru mendapati Mas Juan selaku calon kakak iparnya, begitu biasa ia memanggil kakak kandung kekasihnya.
"Eh, Mas Juan. Taranya ada, Mas?" tutur Bian sembari menyalami lawan bicaranya.
"Tara udah berangkat duluan tadi sama temen cowonya. Kamu mau mampir dulu? Sarapan sini sama Mas." tawar Juan mencoba mendinginkan suasana yang sebenarnya sudah cukup dingin dengan guyuran hujan.
Juan tahu betul bagaimana perasaan Bian saat ini. Dirinya yang rela menerjang hujan demi menjemput sang kekasih, justru harus kecewa mengetahui Tara telah berangkat lebih dulu. Juan sudah coba mencegah Tara untuk berangkat lebih dulu, namun bisa apa kalau Tara terus mengelak dengan alasan tak enak jika di tolak. Juan juga sempat mengingatkan sang adik untuk mengabari kekasihnya terlebih dulu.
Beberapa waktu lalu, Juan juga sudah mencoba mencegah Tara untuk berangkat lebih dulu.
"Tar, kamu nggak ngabarin Bian dulu? Kalo dia nanti kesini hujan hujanan terus kamu ga ada, kamu ga kasian?" tutur Juan berusaha mengingatkan Tara.
Bukan tanpa alasan, Tara dan Juan bisa mengenal sampai sejauh ini juga karna dirinya yang mengenalkan keduanya. Akan terasa sangat canggung jika sampai pertikaian menjumpai hubungan mereka. Belum lagi Juan yang bersahabat dengan Bagas, yang tak lain kakak dari pacar adiknya itu.
"Tara nanti juga ketemu di sekolah kok, Tara nggak mau kena marah Papa pagi-pagi gini cuma gara-gara bikin itu anak nunggu lama."
Juan hanya dapat diam mendengar alasan adiknya itu. Setelah berpamitan dengan kedua orang tuanya, Tara lantas menyalami sang kakak lalu bergegas berangkat bersama teman sekolahnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biantara | Lee Jeno
Fanfiction❝Hidup itu penuh kejutan, nak. Dan dunia nggak pernah nunggu kamu siap untuk nerima semua candaannya.❞ *** Ini tentang sepasang remaja yang berusaha berdamai dengan alur hidupnya. Sabian Pram Kendrick, remaja yang harus kehilangan sosok ayahnya dan...