11. Bian as Pekerja Part Time

109 13 4
                                    

Pagi ini Bian awali dengan kepanikan dirinya mencari kaos hitam polos milik dirinya. Ia yakin betul kaus itu harusnya ada di rak lemari urutan ke tiga. Namun anehnya, pagi ini ia tak menemukan nya. Mana kaus hitam nya yang lain baru saja ia jemur.

Alasan Bian begitu panik mencari kaus hitam miliknya adalah, hari ini ia harus pergi ke cafe tempat ia berkerja sebelum jam sembilan pagi. Sedangkan saat ini jam telah menunjukkan pukul delapan lewat empat puluh lima menit. Itu artinya ia hanya memiliki sisa waktu lima belas menit untuk sampai di cafe tempat ia bekerja.

Bian yang sudah sangat frustasi akhirnya memutuskan untuk menanyakan keberadaan kaus hitam miliknya pada sang kakak.

Tok, tok, tok!

"Mas, liat kaos item nggak?" tanya Bian dari depan pintu kamar Bagas yang masih tertutup rapat.

Kriet...

"Yang ini?" tanya Bagas sambil menarik sedikit kaus hitam yang ia pakai.

"Punya ku bukan?"

"Nggak tau, Mas nemu di jemuran." ujar Bagas dengan santai. Sedang Bian menepuk dahinya mengingat ia kemarin baru saja menjemur kaus nya itu karna terkena air mineral.

"Kenapa sih?" tanya Bagas melihat wajah Bian yang nampak tidak santai.

"Punya ku itu, Mas... Mau ku pake kerja." Ujar Bian yang sudah kehabisan akal.

"Coba cari di lemari Mas, siapa tau ada."

Bian lantas segera membuka lemari kayu jati milik Bagas, mengharapkan sebuah kaus hitam polos yang bisa ia kenakan.

Tak hanya diam, Bagas turut membantu pencarian. Bagaimanapun ia juga bersalah, kan?

"Nah, ini, Bi." ucap Bagas mengangkat sebuah kaus hitam polos, namun yang ini lengan panjang. Bian jadi sedikit ragu untuk mengenakan nya.

"Pake ini aja gimana? Daripada pake yang mas pake. Udah bau soalnya," tawar Bagas pada adiknya.

"Nanti digulung aja dikit kalo ga mau terlalu panjang." sambung Bagas.

"Yaudah deh, Bian pinjem dulu." Izin Bian yang di jawab dengan isyarat anggukan kepala oleh Bagas. Sebelum akhirnya ia memilih untuk segera mengenakan nya lalu berangkat ke kafe.


***

Setelah melewati drama kaus hitam di rumah. Bian akhirnya sampai tepat waktu sebelum jam tepat di angka sembilan. Meskipun hanya kurang dua menit.

Dengan nafas yang tersengal-sengal, Bian masuk ke cafe sembari menyeka keringatnya sendiri. Ia seperti seorang yang telah melalui rintangan ninja warrior.

"Kenapa, Bi? Ngos-ngosan amat." ucap salah satu karyawan cafe yang sedang sibuk membersihkan meja pelanggan.

"Hampir telat, Mas. Makanya ngos-ngosan. Dari rumah udah buru-buru soalnya." jawab Bian sembari mengatur nafasnya.

Karyawan lain yang mendengar penuturan Bian hanya mampu tertawa. Malang sekali nampaknya nasib anak muda ini.

"Hari ini lu baristanya, ya, Bi. Yang biasa sakit soalnya." ujar salah satu karyawan yang di percaya menjadi leader di antara semua staff cafe tersebut.

"Tapi Mas, aku gak yakin bisa deh," ungkap Bian menyuarakan kekhawatiran nya. Ia hanya takut jika pekerjaan nya akan berantakan.

"Tenang, gue bantu kok." sahut salah satu barista yang sudah rapi menggunakan apronnya.

Bian lantas mengangguk mengiyakan tawaran seniornya tersebut. Setidaknya ia akan di bantu untuk hal-hal yang mungkin tidak bisa ia kerjakan sendiri.

Biantara | Lee Jeno Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang