Lamunan Tara terpecah saat Alya tiba-tiba menghampirinya. Tatapan Tara sedari tadi memang nampak kosong, layu, seperti kehilangan semangat hidup saja.
"Tar? Kenapa? Kok mukanya loyo gitu." Tara hanya menggeleng sebagai jawaban.
Pagi ini Tara sama sekali tak melihat Bian di area sekolah, bahkan satu pesan singkat pun tak ia terima. Tara cukup resah sekarang, memikirkan kemana pacarnya itu menghilang tanpa kabar. Ini bukan hal yang wajar terjadi, rasanya janggal ketika Bian tiba-tiba tak memberi kabar sedikitpun.
Setelah keduanya menghabiskan banyak waktu bersama sore kemarin, Tara tak lagi mendengar kabar Bian setelah sampai di rumah. Awalnya Tara berpikir bahwa Bian memang sedang sibuk dan tak sempat untuk mengimkan pesan padanya, namun sekarang, perasaan Tara sudah lebih resah daripada sebelumnya.
"Al, liat Bian nggak?" tanya Tara sambil menatap lawan bicaranya.
"Nggak tuh, jadi daritadi kamu kaya orang hilang semangat hidup karna belum ketemu Bian?"
"Nggak! Ih, sok tau kamu, Al." Alya tertawa kecil mendengar ucapan sahabatnya tersebut. Apalagi didukung dengan wajah Tara yang memasang mimik kesal pada dirinya.
"Lagian, kamu dari jauh kaya orang kemasukan tau. Tatapannya kosong, untung nggak dimasukin Mixue."
"Sembarangan, tapi nggak apa-apa sih kalo yang dimasukin Mixue. Toh aku juga suka jajan es krim." Keduanya lantas tertawa dengan pembahasan kurang bermutu yang mereka bincangkan. Setidaknya lebih baik begini daripada membiarkan Tara sibuk dengan pikirannya sampai abai dengan lingkungan sekitarnya.
Tepat disela-sela tawa keduanya, Alya menangkap sosok Bian yang baru saja memasuki koridor kelas. Tapi tunggu dulu, Bian... bersama seorang gadis di sampingnya?
"Tar, i-itu... Bian bukan sih?" tanya Alya sambil menunjuk Bian dengan isyarat dagunya.
"Mana?" jawab Tara mencoba mencari Bian dari arah yang Alya tunjukkan.
Benar, ia mendapati Bian disana, dan seorang remaja putri yang terlihat begitu dekat? Wow, ada hubungan apa Bian dan teman seangkatannya itu.
Tara yang sudah sangat penasaran memilih untuk segera berpamitan pada sahabatnya lalu bergegas menghampiri Bian yang masih berjalan santai sambil berbincang dengan gadis disampingnya.
"Bian?" Panggil Tara dengan ragu-ragu sambil mengamati gadis manis yang berjalan beriringan disamping kekasihnya.
"Eh, selamat pagi princess..." sapa Bian tanpa ragu mengusak pucuk kepala Tara.
"Pagi, kalian... berangkat bareng?" tanya Tara masih dengan tatapan intens pada Ghea, gadis yang sedari tadi nampak begitu akrab bercengkrama dengan kekasihnya. Tara kenal siapa gadis itu, siswi kelas dua belas IPS empat yang cukup berprestasi dan tidak neko-neko. Setidaknya begitu image Ghea yang ia tahu.
"Bukannya aku udah bilang sama kamu? Tadi aku anterin Bunda buat konsultasi bulanan sama psikiaternya, nggak lama Mas Bagas nyusul, jadi aku langsung pamit berangkat sekolah. Nah, pas dilorong rumah sakit, aku nggak sengaja ketemu Ghea. Dia baru aja jenguk Ayahnya yang juga lagi dirawat. Awalnya aku cuma nyapa, tapi ternyata Ghea lagi nyari ojol nggak dapet-dapet, daripada terlambat mending sekalian aja berangkat bareng." ujar Bian berusaha menjelaskan secara terperinci apa yang sebenarnya terjadi. Tapi Tara justru heran, Bian bilang ia sudah mengirim pesan? Tapi kenapa tak ada satupun notifikasi ia terima?
"Aku nggak dapet notif apa-apa tuh, kamu bohong, ya?" cecar Tara pada Bian lengkap dengan tatapan yang mulai memancarkan aura intimidasi disana.
Ghea tak bodoh untuk mengerti apa yang Tara pikirkan tentang dirinya dan Bian. "Bi, aku duluan, ya? Tar, duluan..." Melihat kondisi yang mulai memanas, Ghea memilih untuk pamit dan meninggalkan sejoli tersebut, tak lupa sambil tersenyum pada Tara untuk mencegah perkelahian lebih lanjut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biantara | Lee Jeno
Fiksi Penggemar❝Hidup itu penuh kejutan, nak. Dan dunia nggak pernah nunggu kamu siap untuk nerima semua candaannya.❞ *** Ini tentang sepasang remaja yang berusaha berdamai dengan alur hidupnya. Sabian Pram Kendrick, remaja yang harus kehilangan sosok ayahnya dan...