Pagi ini, seperti yang sudah Tara janjikan pada Bian sebelumnya, gadis itu akan menghabiskan satu hari bersama kekasihnya. Tara jelas tak bisa meminta Bian menjemputnya secara terang-terangan di rumahnya, jadi kali ini ia pergi ke sebuah minimarket terlebih dahulu dan meminta Bian menjemputnya disana.
"Tumben minta jemput di sini." celetuk Bian ditengah perjalanan keduanya menuju ke sekolah.
"Tadi pangen sarapan onigiri, jadi aku beli dulu minimarket, biar kamu juga lebih deket kan jemputnya." ucap Tara menjelaskan kronologinya.
"Aku tebak itu rasa salmon mentai." tebak Bian saat melihat pantulan Tara dari kaca spion. Gadis itu nampak dengan hikmat menikmati sarapannya.
"Ih, bener lagi. Kok bisa tau?" tanya Tara masih dengan mulutnya yang sibuk mengunyah beraturan.
"Gampang itu mah, kamu suka salmon, suka saus mentai juga." jawab Bian sambil tersenyum kecil.
Tara selalu kagum dengan bagaimana Bian terus mengingat hal-hal kecil tentang dirinya. Tara tak sering makan ataupun membahas makanan kesukaannya bersama Bian, hanya sesekali. Namun pemuda itu mampu mengingat setiap detail tentang apa yang gadis itu ucapkan. Bagaimana tak terus jatuh cinta kalau begini caranya.
Pagi ini, jalanan kota Surabaya tak terlalu ramai. Entah karna apa, mereka pun tak tahu alasannya. Tapi yang jelas itu memangkas waktu untuk keduanya tiba di sekolah, membuat sejoli tersebut terhindar kata terlambat untuk hari ini.
Satu hari yang dimulai dengan senyuman dan rasa bahagia, Tara harap begitu juga hari ini akan menutup lembarannya.
"Pagi, Tara!!" sapa Alya yang melihat Tara baru saja tiba di sekolah.
"Pagiiii, kamu udah dateng dari tadi?" tanya Tara pada teman sebangkunya tersebut.
"Belum sih, barusan juga kok." jawab Alya yang dibalas dengan anggukan paham dari Tara.
"Yaudah, kamu masuk dulu sana, aku mau cari tempat fotokopi." ucap Alya lalu segera pergi meninggalkan Bian dan Tara yang masih diam di tempatnya.
"Yuk, masuk." Bian menggandeng tangan kecil milik Tara. Gadis itu hanya tersenyum lalu mengikuti langkah pemuda yang menggandengnya. Senyum keduanya merekah, dari rumah Bian berjanji untuk menyiptakan banyak kenangan indah hari ini, begitu juga dengan Tara. Bedanya, dalam hatinya Tara sambil bergumam, jika memang ini terakhir kalinya, maka kata bahagia sudah berhasil ia ukirkan dalam hubungan keduanya.
"Nempel banget udah kaya perangko," celetuk Geo yang kebetulan bertemu Bian dan Tara di lorong menuju kelas.
"Situ kaya perangko belum nemu amplopnya," balas Bian sambil tertawa kecil.
Geo sama sekali tak tersinggung dengan apa yang Bian ucapkan, karna memang benar adanya. Buat apa mengingkari sebuah fakta?
Keduanya lalu segera beralih menuju kelasnya masing-masing. Bian yang menuju kelas IPA dan Tara ke kawasan kelas IPS berkumpul.
Tak banyak yang mereka bicarakan pagi ini, hanya sedikit bincang-bincang ringan yang menimbulkan banyak senyuman di wajahnya keduanya, bahkan masih terbawa saat sudah berjauhan sekalipun. Bagi Bian itu sudah cukup mengisi ruang kosong di hidupnya.
Bian duduk di bangkunya sambil mengusap wajahnya kasar, sedang dari jauh banyak penghuni kelas yang turut menyoroti tingkah Bian yang nampak berbunga-bunga.
"Ciee, senyum-senyum mulu, abis dapet duit satu miliar?" tanya Harsa lalu duduk tepat di sebelah sahabatnya. Rasanya sedikit aneh, baru saja kemarin keduanya terlibat sebuah keributan yang cukup parah, tapi pagi ini Harsa dengan lantang menyapa Bian lengkap dengan senyumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biantara | Lee Jeno
Fanfic❝Hidup itu penuh kejutan, nak. Dan dunia nggak pernah nunggu kamu siap untuk nerima semua candaannya.❞ *** Ini tentang sepasang remaja yang berusaha berdamai dengan alur hidupnya. Sabian Pram Kendrick, remaja yang harus kehilangan sosok ayahnya dan...