09. Untuk Bunda

117 14 4
                                    

Hai hai👋

Kamu bisa sambil dengerin lagu dari kak Nadin amizah yang satu ini buat nambah feel rasa sayang Bian ke Bunda.

Hope you enjoy this chapter ( ◜‿◝ )

Rampung dengan segala urusannya di sekolah, Bian memutuskan untuk langsung pulang ke rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Rampung dengan segala urusannya di sekolah, Bian memutuskan untuk langsung pulang ke rumah. Niat awalnya begitu. Namun setelah melihat satu toko kue yang sedang memberikan potongan harga, Bian memilih untuk mampir sejenak.

Masuk kedalam toko tersebut, ia disambut dengan display beberapa kue yang nampak sudah banyak terjual. Terbukti dari jumlah kue yang dipajang hanya tersisa beberapa potong. Awalnya ia tak tau ingin membeli kue apa, namun setelah melihat satu paket brownies, atensinya langsung terfokus dan langsung tertuju pada kue tersebut, yang akhirnya ia tebus seharga empat puluh lima ribu rupiah. Cukup murah bukan? Ini karna toko tersebut sedang berulang tahun dan mengadakan promo besar-besaran hari ini.

Jika kalian berpikir bahwa Bian membeli kue untuk dirinya sendiri, itu salah. Bian justru langsung mengingat sang bunda yang begitu menyukai rasa coklat. Bian ingat betul bagaimana sang bunda selalu memilih coklat sebagai rasa favoritnya. Saat membeli kue, es krim, donat, dan makanan manis lainnya.

Dengan wajah yang berbinar, Bian menenteng kue tersebut meninggalkan tokonya. Kembali menaiki motornya, lalu perlahan memacu kecepatannya.

Meskipun ia tak yakin kue pemberiannya akan di terima, setidaknya ia sudah berusaha memberikan satu kebahagiaan kecil pada wanita paling berharga dalam hidupnya.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih tujuh ratus meter dari toko kue tersebut, Bian akhirnya menurunkan standar tepat di garasi rumahnya. Rumah alhamarhum sang Ayah lebih tepatnya.

Usai melepas sepatu dan helmnya, Bian mulai mengendap-endap masuk kedalam rumah dengan dinding dominan putih tersebut.

"Baru pulang, Bi?" satu pertanyaan yang membuat jantung Bian terasa hampir jatuh ke rongga perut.

"Mas ngagetin! Kirain siapa tadi," ucap Bian yang mendapat reaksi tawa kecil dari kakaknya.

"Ya emang siapa kalo bukan, Mas?"

"Hantu kali,"

"Udah gede masih takut sama yang begituan." Bian memutar bola matanya malas.

Setelah keributan singkat barusan, Bian kembali memindai seisi rumah. Memastikan dimana keberadaan Bunda nya saat ini.

Melupakan Bian yang masih mengamati sekitarnya, Mas Bagas justru terfokus pada tentengan Bian ditangan kirinya.

"Kamu bawa apa itu?"

"Kue buat bunda. Ditolak nggak ya, Mas?" tanya Bian meminta pendapat. Jujur hati nya ragu untuk memberikan nya, takut sang bunda kembali anarkis dan bertindak di luar kendali nantinya.

Biantara | Lee Jeno Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang