Suasana SMA Bina Mulya kini nampak lebih tenang dari biasanya. Suasana belajar mengajar yang nampak kondusif dan teratur disertai dengan rintikan hujan yang terdengar menenangkan. Sama seperti siswa lainnya, Bian pun masih terfokus pada setiap materi yang disampaikan guru pada murid-muridnya. Dari setiap kata yang terucap ia rekam baik-baik di kepala.
Bian memang seringkali menjadi primadona diantara guru pengajar yang ada. Itu karna selain prestasi non akademik nya yang lancar, nilai pelajarannya pun selalu memuaskan. Bian tau bagaimana untuk membagi waktu dan pikirannya sesuai pada kondisi dan situasi nya. Setelah mengambil izin sakit satu hari kemarin, Bian kini masuk dengan keadaan yang lebih baik. Meskipun bibirnya masih nampak pucat tak semerah biasanya.
"Kemaren nggak masuk, tepar lu?" tanya Harsa tiba-tiba.
"Bisa dibilang begitu,"
"Tara jenguk?"
"Iya."
Harsa hanya mengangguk setelahnya, sebenarnya ia sedang memikirkan bagaimana caranya agar ia bisa menyampaikan maksud dari percakapan singkat barusan. Ada satu hal yang ingin sekali Harsa sampaikan pada sahabat karibnya tersebut. Netra Harsa bahkan masih terporos pada wajah Bian di sampingnya.
"Kenapa? Lo ngeliatin begitu kaya orang nafsu aja."
"Najis, normal gue!"
"Abis, matanya sampe nggak kedip gitu."
"Sebenernya gue mau ngomong sesuatu sama lo, Bi."
"Sa, gue paham. Gue paham banget malah,"
Baru saja Bian mengucap beberapa kata, namun pikiran Harsa sudah melambung jauh entah kemana. Apa Bian sudah tau semuanya?
"Gue paham kalo kita emang udah sahabatan lama banget, Sa. Tapi sorry, ya? Gue ada Tara."
"Bangsat! Lo pikir gue belok beneran?!"
"Harsa, Bian! Kalian ini bukannya menyimak penjelasan materi, malah asik sendiri." tegur guru PPKN tersebut. Harsa dan Bian yang mendapat gertakan pun lantas menjadi sorotan dua puluh lima pasang mata di dalam kelas.
Malu? Jelas. Wajah Bian saja sudah ia sembunyikan dengan menunduk serendah mungkin. Berbeda denga Bian Harsa justru membalas tatapan tajam Bu Hesti yang nampak garang. Harsa tak membalas dengan tatapan yang tak sopan, ia masih tersenyum dengan ramah sambil menuturkan kata maaf dari bibirnya.
"Kalian kalau memang nggak mau dengerin saya selama di kelas, silahkan keluar! Jangan malah berisik sendiri begitu. Ngomongin apa kalian barusan?!"
"Ngomongin kelinci peliharaan yang mati, Bu." jawab Harsa singkat.
"Terserah kalian mau ngomongin apa, nggak penting buat saya. Kalian masih mau ada di kelas ini, belajar sama saya, atau keluar lanjutin bahas kelinci kalian yang mati itu?!"
"Disini, Bu..." kompak Harsa dan Bian.
"Sampe sekali lagi masih berisik, kalian keluar aja sampe mapel saya selesai. Paham?!"
"Paham, Bu..."
***
Bel istirahat sudah berbunyi sekitar tiga menit yang lalu. Niatnya, Bian ingin mengisi perut nya dengan semangkuk soto ayam hangat. Namun entah mengapa, perutnya mendadak mual setiap menghirup aroma makanan. Mungkin ini karna kondisinya yang memang belum pulih sepenuhnya.
Tara yang sedari tadi mencoba menawarkan beberapa makanan pun mulai kewalahan dengan setiap penolakan yang Bian ajukan. Dari banyaknya menu yang ia tawarkan, tak satupun Bian mau menyantapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biantara | Lee Jeno
Fanfiction❝Hidup itu penuh kejutan, nak. Dan dunia nggak pernah nunggu kamu siap untuk nerima semua candaannya.❞ *** Ini tentang sepasang remaja yang berusaha berdamai dengan alur hidupnya. Sabian Pram Kendrick, remaja yang harus kehilangan sosok ayahnya dan...