07. Lagi?

111 15 11
                                    

Setelah menikmati satu malam bersama sang kekasih, kini pagi hari Tara di warnai dengan ocehan sang Papa yang memaksa Tara untuk pergi bersama Mahen kemanapun satu hari penuh. Alasannya, tentu Papa berharap Tara perlahan bisa menerima Mahen dalam kehidupan nya, dan menggantikan posisi Bian pastinya.

Kesal? Tentu saja. Tara yang sudah memiliki rencana untuk kembali menghabiskan waktunya bersama Bian, kini harus menggagalkan rencana nya.

Ting!

Lagi-lagi Tara harus berbohong pada kekasihnya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Lagi-lagi Tara harus berbohong pada kekasihnya sendiri. Dirinya belum cukup siap untuk menceritakan segalanya pada Bian saat ini, dan ini satu-satunya cara yang Tara anggap paling baik untuk saat ini. Tara sungguh tak ingin kehilangan Bian dalam hidupnya, dengan alasan apapun tentunya.

"Assalamualaikum!" Terdengar suara seorang pemuda dari ambang pintu. Tara tebak, itu Mahen. Siapa lagi yang akan menjemputnya selain Bian dan Mahen, hanya mereka berdua rasanya.

"Waalaikumsalam, masuk nak!" Perintah Bapak yang semakin membuat Tara yakin bahwa Mahen telah tiba untuk menjemput dirinya.

Setelah di persilahkan masuk, Mahen bersalaman dengan bapak. Terdengar pula suara kekehan bapak yang terlihat begitu bangga pada calon mantu yang di pilihnya. Tara sungguh kesal mendengar nya.

"Titip Tara nak, anak ini bandel emang."

Bandel? Seperti nya Papa harus berkaca pada dirinya sendiri. Sifat keras kepala yang Tara miliki tak lain adalah sifat turunan dari Papanya sendiri.

Mahen yang mendapat pesan itu, hanya mengangguk mengiyakan tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

"Mahen pamit dulu, Om. Kayanya Tara udah nunggu dari tadi, assalamualaikum." Pamit Mahen sembari mencium telapak tangan yang ia yakini bapak dan ibu calon mertuanya tersebut. Segera setelahnya, ia menyusul Tara yang sudah terlebih dahulu menunggu Mahen di depan gerbang rumahnya.

"Nih, pake helmnya." Ucap Mahen memberikan satu helm yang segaja ia bawa sebelumnya.

Tanpa mengeluarkan satu kata pun, Tara segera menaiki motor vespa matic milik Mahen tersebut.

"Ayo! Agak cepet dikit ya, telat nih nanti."

Mahen hanya mengangguk, lalu segera meninggalkan halaman rumah Tara.

***

Baru saja memarkirkan motor matic kesayangan nya, mata Bian sudah di sambut dengan pemandangan menyakitkan di depannya. Bagaimana tidak, ia mendapati kekasihnya yang begitu ia sayangi bersama laki-laki lain.

Di anter bapak? Bian berusaha mengingat kembali pesan singkat beberapa waktu lalu. Tak ingin Tara menyadari kehadirannya, Bian memilih segera pergi ke kelas.

Bruk!

"Buru-buru amat sih, Bi. Kaya dikejer setan aja."

Biantara | Lee Jeno Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang