Bian lari terburu-buru saat bel masuk jam pelajaran pertama sudah dibunyikan. Semalam, Bian tak bisa tidur, pikirannya rancu menjalar kebanyak hal yang terlintas dibenaknya, akibatnya pagi ini ia harus kembali tergesa-gesa karna bangun kesiangan dan hampir terlambat untuk pergi ke sekolah.
Nasib baik berpihak pada Bian kali ini, guru yang akan mengisi jam pelajaran pertama di kelasnya izin tidak masuk dengan alasan acara keluarga, jadi Bian tak perlu terlalu khawatir untuk saat ini.
Karna tidak ada guru yang mengajar sama sekali, Bian memilih mengecek buku paket untuk jam pelajaran kedua, memastikan tak ada tugas yang terlewat apalagi tertinggal di rumah. Namun sepertinya pikiran Bian tak benar-benar fokus pada apa yang sedang ia kerjakan. Beberapa saat setelah mengeluarkan buku paket Bahasa Indonesia, Bian justru terdiam dengan tatapan sayu yang mencurigakan. Dirinya seperti seorang yang tengah mengalami gangguan emosional saja.
"Bi? Heh! Kesambet lo diem aja?" tanya Harsa sambil melambaikan tangan kedepan wajah sahabatnya.
"Hah? Kenapa?" jawab Bian dengan wajah yang nampak gelagapan.
"Ya harusnya gue yang nanya gitu, lo kenapa pagi-pagi mukanya udah kaya diserap aja energi-nya?"
"Perasaan lo doang kali, orang gue lagi ngecek tugas." dalih Bian tak terima.
"Yeuu, coba liat, itu buku lo aja belum ada yang kebuka. Ngecek tugas pake mata batin, lo?"
Bian lalu menunduk, mendapati buku yang barusan ia keluarkan belum terbuka sama sekali, sesuai dengan apa yang Harsa ucapkan.
"Nah, kan... Kebuka apa ketutup itu, Sabian?"
"Hehe, ketutup, Sa..." jawab Bian yang direspon dengan gelengan kepala dari Harsa.
Bian lalu kembali fokus dengan bukunya sedang Harsa bersama ponselnya.
"Semalem gue gak bisa tidur deh," celetuk Bian ditengah-tengah kesibukannya membolak-balikan halaman buku.
"Kenapa? Overthinking? Yailah, Bi... Idup tuh jangan terlalu dipikirin," sahut pemuda yang masih sibuk dengan aplikasi game onlinenya.
Netra Bian lalu beredar kearah pojok kelas. Disana ia menemukan Mahen juga masih sibuk dengan buku pelajaran yang tengah ia baca. Entah kenapa, perasaan semakin tak enak saat mendapati pemuda yang semalam ia lihat bersama kekasihnya berlagak seolah tak terjadi apa-apa.
"Asu! Kalah sisan cok!" sumpah serapah keluar dari mulut Harsa mengeluhkan kekalahannya saat hampir memasuki babak aman permainan. Pemuda itu lalu mengantungi ponselnya dan mendapati Bian yang sedang memandang kearah Mahen saat hendak menanyakan tugas Fisika pada sahabatnya tersebut.
Harsa seketika turut serta memandang Mahen dengan tatapan heran, mencari sesuatu yang salah sampai-sampai sahabatnya itu tak mengalihkan pandangannya. Namun nihil, ia tak mendapat apapun disana.
"Suka lo sama Mahen?" cetus Harsa saat sudah menyerah mencari hal yang Bian amati sedari tadi.
"Hah? Ngomong sama siapa?"
"Sama lo lah, bego! Ngapain liatin si Mahen ampe gak kedip gitu?! Naksir?" semprot Harsa tanpa rada bersalah.
"Astaghfirullah, Sa... Lo selama ini merhatiin pak Mahmud kalo lagi ngajar, suka?" jawab Bian dengan kembali melempar pertanyaan pada sahabatnya.
"Suka!"
"Rek, Tenane iki?" (trans; beneran ini?)
"Suka sama pelajarannya, su'udzon mulu sih, lo!" Ucap Harsa lalu menempeleng kepala Bian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biantara | Lee Jeno
Fanfiction❝Hidup itu penuh kejutan, nak. Dan dunia nggak pernah nunggu kamu siap untuk nerima semua candaannya.❞ *** Ini tentang sepasang remaja yang berusaha berdamai dengan alur hidupnya. Sabian Pram Kendrick, remaja yang harus kehilangan sosok ayahnya dan...