43. Kado untuk Bunda

108 7 1
                                    

Bian pikir mendapat tugas berjaga di siang hari tak akan terlalu melelahkan, namun sepertinya Bian lupa kalau hari ini adalah hari libur dan orang-orang akan menghabiskan banyak waktunya untuk sekedar mampir ke tempat-tempat hits seperti tempat Bian bekerja hanya untuk menyeruput segelas kopi dan menikmati akhir pekannya.

Jadi, apakah Bian akan terus mengeluhkan pekerjaannya hari ini? Tentu tidak. Pemuda itu justru merasa lebih hidup sekarang, jika beberapa hari ini pikirannya sering kali berkelana kesana-kemari, mencari-cari alasan untuk kembali bersedih, maka kini Bian sudah tak punya waktu lagi untuk itu.

"Bi, jaga kasir bentar, gue mau ke kamar mandi!" perintah seorang rekan kerja Bian yang dengan cepat berlari meninggalkan kasir. Bian pun tanpa rasa keberatan sama sekali, mengambil alih tugas rekannya tersebut.

Belum sampai satu menit berjaga, satu pelanggan baru sudah ia dapatkan.

"Mau pesan apa, Ci?" tanya Bian ramah pada seorang yang nampak seperti gadis beretnis Tionghoa di depannya.

"Rekomendasi yang seger, tapi non coffe apa ya, Mas?" tanya gadis berambut cokelat sebahu itu.

"Untuk yang non coffe, best seller kita ada Mojito sama Ice lemon tea. Mau yang mana kak?"

"Ice lemon tea satu deh Mas, tambah topping popping Boba bisa?"

"Bisa, Ci." Bian lalu kembali fokus pada layar monitor dan mulai mencatat pesanan pelanggannya dan mencetak struk pesanannya. Semuanya berjalan normal sampai disaat ia menemukan satu hal yang menyita perhatiannya.

Terletak di pojok kiri bawah struck pesanan itu tercetak, terdapat serangkaian tanggal yang terasa tak asing baginya. Ia pandangi lamat-lamat dan berusaha mengingat, sebenarnya apa yang membuatnya merasa tak asing dengan susunan angka tersebut.

"Mas? Halooo? Pesenan saya berapa jadinya?" tanya gadis yang baru saja memesan minumannya sembari melambai-lambaikan tangannya.

Lambaian tangan itu berhasil membuat Bian kembali tersadar dari lamunan singkatnya. "Dua puluh ribu aja," ucap Bian lalu memberikan struk pesanan barusan.

Gadis itupun langsung memberikan selembar uang dua puluh ribu rupiah itu pada Bian dengan tatapan yang nampak sinis dan mencolok. "Kalo kerja yang fokus Mas, jangan malah ngelamun kaya tadi."

Bian sih hanya senyum-senyum saja membalas ucapan pelanggannya barusan, padahal otaknya masih memproses angka apa barusan yang sampai membuatnya gagal fokus di tempat kerja.

"Udah, Bi. Balik ke belakang gih," ucap rekan kerja Bian yang semula pamit ke kamar mandi.

Bian lantas kembali ke area dapur dan mulai menyiapkan pesanan yang sebelumnya ia terima. Ia racik minuman yang tadi diminta dan mengemasnya dengan hati-hati ke dalam gelas plastik berbentuk seperti kaleng soda.

"Atas nama Cinta!" seru Bian memanggil pemilik dari pesanan yang ia buat barusan. Lalu berdirilah seorang gadis cantik berambut cokelat sebahu dari tempat duduknya -- dengan segera mengambil pesanan miliknya.

"Makasih." ucap gadis tersebut lalu pergi meninggalkan cafe setelah mendapatkan pesanannya.

Setelah memberikan pesanan tersebut, Bian melanjutkan pertanyaannya tentang tanggal di pojok struk pembelian yang sedari tadi mengganggu di benaknya.

Pemuda itu putuskan untuk membuka ponsel pintarnya sejenak dan mencari tahu, hari apa sebenarnya sekarang. Jarinya dengan cepat membuka aplikasi kalender yang ada di dalam ponselnya. Tak perlu waktu lama, Bian menemukan jawabannya -- hari ulang tahun Bunda.

Biantara | Lee Jeno Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang