04. Menuju Pentas Seni

146 18 6
                                    

Hari ini beberapa perwakilan ekstra kurikuler serta seluruh anggota osis tengah berkumpul pada aula sekolah dalam rangka akan diadakannya pentas seni tahunan.

Sebagai ketua dan wakil ketua ekskul musik, Bian dan Harsa kini turut berkontribusi pada aula membahas perencanaan acara.

Selain itu, Tara pun turut hadir karna posisinya sebagai bendahara osis sekolahnya.

Setelah menyelesaikan agenda diskusinya, Tara mendapatkan beberapa tugas, yakni memegang pengurusan masuk dan keluarnya dana. Rencananya dalam kegiatan kali ini mereka juga akan turut membuka donasi bagi anak-anak pada panti asuhan dekat sekolah. Untuk melancarkan acara, Tara di minta melakukan perhitungan jumlah uang keluar serta mencari beberapa sponsor.

Sedang Bian dan Harsa diminta menyiapkan penampilan nya pada malam puncak. Mereka juga akan turut menjadi panitia, membantu menyiapkan atribut dan lain sebagainya.

Mengetahui sang kekasih tengah sibuk mengurus pendanaan acara, Bian lantas menghampiri Tara. Berniat sedikit meringankan tugas Tara dengan bantuannya.

"Udah dapet ide mau ngajuin proposal sponsor kemana?"

"Udah dapet dua brand sih, kalau ini tembus insyaallah dananya nutup."

"Mau ngajuin kapan? Pulang sekolah?"

Tara mengangguk mengiyakan sembari menyelesaikan data laporan nya yang akan di kumpulan pada ketua pelaksana.

"Aku anter?"

"Emang kamu nggak sibuk? Aku tau dari si Adit, katanya kamu part time di cafe punya keluarganya."

"Part time mulai habis ashar, masih ada waktu satu setengah jam buat nganter kamu."

"Yaudah kalo kamu gak kerepotan, aku cuma takut ganggu waktu kamu aja."

Bian tersenyum manis lalu menggelengkan kepalanya, memberi isyarat bahwa ia tidak merasa keberatan sama sekali untuk mengantar kekasihnya.

"Bian! Woy, sini lu!" Teriak Harsa lantang dengan jarak yang cukup jauh. Rupanya kehadiran Bian sudah di tunggu di ruang latihan bersama anggota bandnya yang terpilih serta seorang guru muda di sekolahnya sebagai penanggung jawab ekskul tersebut di sekolahnya.

Bian bergegas menghampiri ruang latihan. Sesampainya ketiga sahabatnya sudah menunggu dengan wajah yang tertekuk lusuh. Wajar saja, mereka menunggu Bian dan mengira bahwa gitaris sekaligus vokal tersebut tengah pergi menunaikan hajatnya di kamar mandi. Ternyata tengah memadu kasih bersama pujaan hati.

"Lama banget lo, gua kira pingsan di kamar mandi ternyata lagi mengemban asmara." Gerutu Rey mengungkapkan kekesalannya. Semua orang di sekolah ini sepertinya sudah tau, Rey memang sosok murid dengan kesabaran setipis kertas basah.

"Lu seriusan mikir Bian pingsan dalem kamar mandi? Kok bisa?" Sahut Geo mencoba mencerna pemikiran Rey.

"Gak kuat tahan nafas, soalnya tainya bau," Jawab Harsa dengan pemikiran berani bedanya. Bian hanya menyeringit, menyimak pembicaraan minim manfaat para sahabatnya.

"Udah, ini kapan mau di mulai latihannya? Dari yang bapak baca dari panitia pelaksana kalian harus nyiapin minimal lima lagu." Informasi mengejutkan mereka terima dari pak Yohan selaku pelatih dan penanggung jawab.

"Banyak bener buset, ini ekskul lain ga ada yang mau nyumbang perform apa?" celetuk Geo tak terima.

"Gak bakal kerasa juga lima lagu. Lagian ini lima lagu buat persiapan doang. Udah, mending mikirin mau bawa lagu apa aja." Tegas Bian.

Sembari berdiskusi, tak jarang mereka melontar lelucon mencairkan suasana. Tak ingin terlalu tegang katanya.

Kegiatan ekstrakurikuler seperti ini memang bagaikan sebuah penghibur lara bagi keempat pemuda itu. Melupakan bagaimana banyaknya duri pada tangkai mawar menyakiti tangan-tangan yang berusaha menggapai bunga bahagia. Semua akan membaik setelah berhasil menggapai apa yang mereka sebut suka. Seperti istilah bunga mawar diatas, seperti itu pula kehidupan yang sesungguhnya mereka jalani, dari banyaknya rasa sakit dan perjuangan akan ada satu alasan mereka bertahan di dunia, dan mungkin Band ini salah satunya. Razelfox namanya. Band yang resmi di kukuhkan sebagai salah satu cabang minat bakat sekolah sejak Bian duduk di bangku kelas sebelas. Sebuah sarana pelipur lara yang cukup mengobati luka bagi keempat anggotanya.

Biantara | Lee Jeno Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang