Taehyung
Di balik selimut hangat, Rose masih belum membuka mata. Taehyung tahu betul fakta bahwa keabadian mengikat jiwanya untuk waktu yang lama. Seolah menjadi sebuah kutukan yang tidak mengizinkan anak ini untuk berpulang. Separah apapun luka dan duka yang ia derita, jiwanya kembali diseret ke dunia lagi dan lagi. Sikluk itu tidak bakal berhenti sampai waktu sendiri yang memporakporandakan makhluk dan menjemput paksa siapa saja yang masih tersisa untuk menghadap Tuhan. Setelah apa yang telah ia perjuangkan untuk Basuki, Jeongguk memasrahnya gadis ini untuk tidur di bilik kamar Taehyung yang jauh lebih luas. Menemaninya setiap waktu meski ia sendiri harus mengalah dengan menggelar kasur di bawah.
"Kenapa masih disini? Ndak pulang ke Banyuwangi saja?" Taehyung melirik seseorang dari ceruk mata. Keadaannya juga tidak lebih baik dari Rose yang masih memilih untuk melepas kesadaran.
Tubuh Jihyo dibalut beberapa plester dan mendapat jahitan di lengan, pelipis, dan lutut. Gadis itu secara tidak langsung adalah pembawa petaka. Bentuk dari mara bahaya yang telah dijelaskan oleh Jeonghyeon di potongan Negarakertagama yang masih tersimpan apik di dalam lemari. "Tiang(saya) mau minta maaf," ujarnya.
Manik Taehyung melirik Rose yang tidak menunjukkan tanda-tanda hendak bangun di waktu dekat. Ia beranjak sambil berkata, "kita bicara di luar, Jihyo."
Sang Ajik sudah absen beberapa hari untuk menanggulangi kekacauan yang disebabkan ribuan orang di Puputan. Beberapa mangku gede harus mengadakan pertemuan darurat guna mengobrolkan kelangsungan Basuki beserta bagaimana nantinya kalau muncul kembali perang yang sama. Kejadian ini merupakan kecelakaan fatal yang merenggut nyawa banyak orang. Semua karena satu aspek saja. Tidak ada satu orang pun yang tahu kalau Basuki lahir di dunia. Seluruh insan yang punya informasinya sudah dikubur, dingaben, dan memukur. Beberapa diantaranya memilih bersembunyi supaya tidak ketahuan. Keputusan yang bisa Ajiknya usahakan cuma penyebaran informasi kalau Basuki ada dan tidak perlu repot-repot mencari dia ada dimana. Kalau ketemu, syukur. Kalau tidak, ya, tidak perlu kecewa.
Dalam balutan kaos kebesaran dan celana pendek, Jihyo masih mengusap-usap lengannya yang mungkin terasa nyeri. "Mungkin ini memang ndak adil buat kamu dan yang lainnya. Tapi aku benar-benar minta maaf."
"Buat?"
"Karena sudah buat kekacauan."
"Kamu minta maaf karena sudah buat kekacauan tapi kamu ndak pernah berpikir lebih dulu sebelum bertindak." Taehyung harus melontarkan fakta tanpa menahan diri lagi. Tidak perlu repot-repot merangkai kalimat efektif dan berusaha untuk tidak menyinggung, nyatanya ia sudah menahan sekuat tenaga tapi manusia-manusia serakah ini masih saja berpikir sempit. "Apa trauma orang bisa hilang habis kamu minta maaf begini?"
Jihyo bungkan. Manik matanya berpendar gelisah kesana-kemari. Dari merajan yang menyita perhatiannya, beberapa tumpuk sepatu yang masih berserakan, dan lantai rumah yang belum disapu sedari kemarin.
"Kamu pernah mikir, ndak, kalau Basuki benar-benar binasa dari Bali?" tanya Taehyung, "gimana kalau turunan naga terakhir itu menyusul bligungnya dan ndak akan pernah kembali?"
"Dua bligungnya sudah bangun," sanggah Jihyo defensif. "Jeongguk bukan turunan naga terakhir lagi."
"Dan itu masuk kemungkinan kesekian." Taehyung melangkah perlahan. Tidak perlu buru-buru. Ia himpit tubuh yang tengah gemetaran itu di lorong. Memojokkannya supaya tidak bisa kemana-mana. "Kalau Basuki sampai menghilang dari dunia, kedudukan kamu di niskala ndak akan pernah bisa menggantikan dia sampai kapanpun," desis Taehyung. "Gimana kalau bukan cuma sepuluh orang yang hangus terbakar tapi semua wilayah Bali? Mau kamu tanggung jawab?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dewananda [kookmin]
Fanfiction[ ON REVISION WITH ADDITION SCENE ] : KookMin Indonesian's Mythology: Legenda Naga Basuki Ia tidak pernah menanti sebuah ampunan yang datang dari Sang Hyang Widhi. Biarlah nanti ia menerangi jalannya sendiri. Tapi mengapa sosok itu datang dan membua...