BAB 4

72 10 12
                                    

"Aifa, kamu lagi ada masalah?"

Pikiran Aifa yang tadinya melayang-layang langsung buyar. Ia menurunkan novel dari depan mukanya. Seorang gadis berambut sebahu berdiri di depan sofa tempatnya berbaring malas, membawa sebuah baki di tangannya.

Aifa menyerngitkan dahi. Dibanding menjawab pertanyaan yang diajukan, Aifa lebih penasaran dengan hal lain. "Sejak kapan kamu disini, Seren?"

Kekehan kecil meluncur dari bibir Seren. Gadis itu mendatangi meja bundar di sebelah sofa, menata piring dan gelas. Ia membalas, "Aku udah dateng sejak 15 menit yang lalu." Seren kemudian menggeleng-gelengkan kepala, melirik Aifa dari sudut mata dengan seringai terpatri di wajahnya, "Walau kita udah 3 tahun temenan, aku masih kagum sama keapatisan kamu dengan lingkungan sekitar, Aifa."

Aifa melempar tatapan sebal, tapi tidak membalas. Ia bangkit dari posisi tiduran, mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan bernuansa light cream itu. Jendela besar dengan tirai putih transparan membatasi kamar dengan balkon di luar. Di sebelah jendela, terdapat tempat tidur berkaki rendah dengan selimut putih diatasnya. Lemari pakaian, rak buku serta cermin besar dari kayu menambah kesan vintage yang kental.

Tidak ada orang selain mereka berdua disana. "Melissa mana? Tadi dia masih disini."

Sambil menuangkan air putih ke tiga gelas di atas meja, Seren menyahut, "Dia lagi turun ke bawah, ngambil pesanan. Bentar lagi paling balik."

Aifa hanya bergumam, mengangguk-angguk kecil. Sejenak, hanya suara denting piring beradu yang terdengar di dalam kamar tersebut.

Setelah selesai dengan urusan menata mejanya, Seren mendekati sofa dan beranjak duduk di sebelah Aifa yang hanya menatap lurus ke depan.

"Kamu belum jawab pertanyaan aku lho." Seren menatapnya lamat-lamat.

Aifa hanya mengalihkan pandangan, merebahkan kepala di atas sandaran sofa, "Gak ada apa-apa."

"Trus, kenapa ngelamun dari tadi?"

"Aku gak ngelamun, lagi baca."

"Tapi bukunya kebalik tuh."

Aifa tersentak, buru-buru memerhatikan buku yang dipegangnya. Keningnya berkerut heran saat melihat posisi bukunya yang baik-baik saja, tidak terbalik sama sekali. Pandangannya berpindah pada Seren yang nyengir kecil. Dia dijebak.

"Lagipula, walau kamu bilang lagi baca, tapi mata kamu kosong lho. Jelas banget bohongnya."

Aifa hanya bisa menghela napas. Dia memang tidak bisa menyembunyikan sesuatu dari sahabatnya itu.

Sebelum Aifa sempat merespon, seorang gadis berkuncir kuda berlari masuk ke kamar. Kedua tangannya penuh dengan kantong berisikan kotak-kotak makanan. Perhatian Seren dan Aifa pun sontak teralihkan.

"Sori, udah lama nunggu ya. Tadi gue gak ketemu uang kecil, jadi harus nanya-nanya bibi dulu. Tapi bibinya juga gak punya, jadi gue harus lari ke tukang satpam depan pagar buat minjem duit. Untung om gojeknya gak sensian." cerocos Melissa panjang lebar. Napasnya terengah-engah akibat berlarian kesana-kemari.

"Okay, calm down, Mel. Tarik napas dulu." ujar Seren seraya bangkit dari sofa, membantu mengeluarkan kotak makanan dari dalam plastik. Aifa diam-diam menghembuskan nafas lega. Setidaknya perhatian Seren sudah teralihkan. Good job, tuan rumah!

"Jangan tenang dulu ya. Aku gak bakal lepasin sampai kamu cerita." sahut Seren, seolah ia bisa membaca pikiran yang terlintas di benak Aifa beberapa detik lalu. Aifa reflek mendecih. Pengalihannya tidak bertahan lama.

Di sisi lain, Melissa menatap kedua gadis itu bolak balik. Rasa penasaran tergambar jelas di wajahnya, "Kalian lagi bicarain apa tadi?"

Aifa hanya menatapnya datar, rasa sebalnya masih tersisa, "Gak penting."

The Librarian MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang