"Never understanding what "happiness" is
We just hate the life we are given, and curse the pasts we had."
(Hated by The Life Itself by Mafumafu)
.
.
Meski sudah menghabiskan semalaman untuk menenangkan diri, bahkan mengambil inisiatif darurat untuk berjaga-jaga, Aifa tetap merasa gugup begitu melewati gerbang sekolah. Ia sengaja lewat jalur utama yang ramai kali ini. Celotehan bisa terdengar dari sekelilingnya, murid-murid yang sibuk berceloteh, menguap, maupun berbisik-bisik sambil menunjuk ke arahnya-
Aifa mengerjap. Apa ini hanya perasaannya atau ia memang menjadi pusat perhatian pagi ini? Ia menelan ludah. Biasanya ia memang selalu gugup berada di kerumunan orang, merasa ditatap oleh semua orang, meskipun kenyataannya jauh berbeda.
Namun kali ini, perhatian yang tertuju padanya terasa nyata, bukan hanya sekadar kepalanya yang overthinking.
Ia hendak mempercepat langkah saat sebuah suara memanggilnya dengan keras, "Eh, lo!" yang disusul dengan cengkraman pada bahunya, memaksanya tubuhnya berbalik.
Di hadapannya, Cherry menatapnya dengan sorot tajam. Lengannya terlipat di depan dada. Di kanan-kirinya, berdiri beberapa siswi lain dengan penampilan yang tidak kalah mencolok. Dikerubungi seperti ini membuat Aifa merasa kerdil. Kepalanya terasa berputar. Apalagi hal ini menarik perhatian para siswa yang ada, menonton konfrontasi ini dengan pandangan penasaran.
Tidak peduli akan sekitar, Cherry mulai mencerocos, "Gue gak tau siapa lo, tapi ngapain lo goda pacar orang lain? Gak puas sama Yordan, lo ngincer Zefan sekarang?!"
Aifa tidak tahu harus merespon seperti apa. Ia tidak mengerti apa yang diteriakkan cewek ini, tapi ia punya firasat kalau ini ada hubungannya dengan kejadian kemarin.
Sebelum situasi makin memanas, Shafira muncul dari balik punggung Cherry, bergegas mengambil tempat di samping Aifa.
Aifa tidak mendengar pembicaraan mereka. Ia terlalu sibuk dengan isi pikirannya sendiri. Bingung, heran, panik bercampur menjadi satu.
Setelah beberapa saat, Cherry mendengus lalu pergi dengan hentakan kaki yang keras, diikuti teman-temannya. Shafira menghembuskan napas, lalu menggenggam pergelangan tangan Aifa, "Ikut aku ke perpus Aifa. Yang lain menunggu,"
.
.
"Orang ketiga dalam hubungan Yordan-Irsha? Gak puas jadi pelakor, cowok-cowok most wanted lain juga diembat?"
Aifa mengangkat wajah dari layar ponsel Miranda yang menampilkan tangkapan layar grup telegram angkatan. Kalimat penuh sugesti itu disertai dengan foto-foto Aifa bersama para ketua divisi. Aifa dan Ethan yang bertos di bawah pohon dengan Arvi di sampingnya. Aifa dan Kevin yang duduk berdampingan di perpustakaan. Aifa dan Yordan di bangku warung belakang sekolah. Dan yang terakhir, foto Aifa dan Zefan, berdiri berhadapan dalam jarak dekat dengan punggungnya menyentuh dinding.
Ketiga foto sebelumnya mungkin masih bisa dijelaskan, tapi pose intim dalam foto terakhir itu yang memperkuat rumor buruk, kalau Aifa menggoda keempat ketua divisi dan menambah kecurigaan pada ketiga foto lainnya. Perkara ini bertambah rumit dengan tuduhan kalau Aifa-lah penyebab putusnya pasangan populer, Irsha dan Yordan yang sempat menggemparkan satu sekolah.
"Apa yang terjadi sama Zefan kemarin, Fa? Kita semua tahu kalau gak ada yang salah dengan foto-foto yang lain. Cuma foto Zefan yang bikin orang-orang pada skeptis," ujar Shafira. Panik tampak jelas di matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Librarian Mission
Roman pour Adolescents"Bergabung dengan tim perpus?" "Ya, dan ini bukan permintaan, tapi kesepakatan. Win-win solution untuk kita berdua." SMA Kultura adalah salah satu SMA swasta populer di Indonesia karena program-programnya yang menarik dan inisiatif baru yang berbeda...