BAB 33

35 4 0
                                    

"Since you're still moving ahead while I've already stopped completely, what should I use to fill up the elongating distance between us?"

(Amanojaku by Gumi)

.

.

Yordan memperhatikan Irsha yang terengah-engah, terduduk di tepi lapangan yang dibayangi bangunan sekolah. Disekelilingnya, bertebaran para siswa berpakaian oranye serupa, sudah terbaring memenuhi lapangan seraya mengatur napas. Hari ini guru olahraga mengadakan kelas gabungan dan menyuruh para siswa untuk marathon 3 km. Mereka baru saja kembali.

Yordan kemudian menepuk bahu teman di sebelahnya, berbisik, kemudian menyerahkan sebotol air mineral. Cowok itu menyeringai, mengucapkan sesuatu yang membuat muka Yordan masam. Sebelum Yordan bangkit memitingnya, cowok itu sontak berlari sambil tertawa, mengarah tepat menuju Irsha.

Cowok itu menyentuhkan ujung botol yang dingin di pipi Irsha, membuat gadis itu berjengit. Setelah berbasa-basi sejenak, cowok itu menyerahkan air itu pada Irsha, yang diterima gadis itu dengan senyum lebar, sambil menggumamkan sesuatu. Sepertinya ucapan terima kasih. Cowok itu kemudian melambai dan berlalu, kembali ke tempat Yordan menunggu dengan ekspresi kecut.

"Side couple 1. Trope good girl x bad boy? Atau sunshine x grumpy? Kita pasti beneran dalam novel." celetuk Aifa.

Gadis itu duduk di sisi lapangan yang berlawanan, mengamati keseluruhan adegan yang baru saja terjadi antara Irsha dan Yordan.

Arvi yang duduk di sebelahnya menyahut, "Iri ya? Pengen kubeliin minuman juga?" godanya.

Aifa menghembuskan napas, "Aku lagi gak minat berdebat."

"Aku serius kok. Ethan, beliin gih." Arvi menoleh ke arah Ethan yang bersandar di batang pohon yang menaungi mereka.

"Ujung-ujungnya gue yang disuruh?" ujar Ethan, mengangkat kepala dari ponselnya.

"Yap, supaya lo gak jadi nyamuk disini." balas Arvi, menyeringai. "Gue beliin welkin deh, lo mau gacha Yelan kan?"

Ethan hanya menggerutu, malas-malasan bangkit dari duduknya.

Aifa tidak memperhatikan perdebatan tersebut, masih sibuk komentar.

"Kenapa banyak masalah orang disini tentang percintaan semua? Kevin-Shafira, Yordan-Irsha. Emang kita lagi di drama romcom? Siapa selanjutnya? Miranda sama Rafael?" gerutu Aifa.

"Nah, Miranda-Rafael rada gak mungkin sih. Kalo mereka jadi, bon cabe pun bakal minder." respon Arvi, ikut nimbrung.

Aifa melempar pandangan miring, "Ngerti yang namanya pertanyaan retoris gak?"

Arvi tidak merespon sindiran itu, hanya balas berkata, "Yah, namanya juga anak SMA. Lagi masa-masa pingin jatuh cinta."

Aifa mengangguk-angguk, "Di novel pun, kalo genre teenlit, kalo gak isu orang tua, pasti masalahnya bakal di percintaan. Cliché."

Ethan yang baru saja kembali sambil membawa tiga botol minuman membatin, emang mereka bukan anak SMA?

Tanpa menyadari pemikiran Ethan, Aifa dan Arvi terus melanjutkan percakapan.

"Tapi kamu tetep suka romance?"

"Tergantung penulis. Ada banyak kok yang bisa bikin tema klise jadi menarik. Lagipula walau sering dilebih-lebihin, kisah percintaan itu emang menarik. Apalagi itu emang udah insting natural manusia,"

"Kamu gak pingin gitu?"

"Gak juga. Drama tuh asik kalo kamu cuma jadi penontonnya."

"Realistis amat,"

"Emang salah?"

"Gak. Cuma kepo aja,"

Hening sesaat. Arvi mengerjap saat menyadari keberadaan Ethan yang sibuk meminum kopi kalengannya, "Oh, udah balik ya?"

"Belum," jawab Ethan datar, menyerahkan susu stoberi pada Arvi dan teh buah untuk Aifa.

Arvi langsung merengut saat menerima kotak minuman, "Than, kita udah temenan dari lama kan? Lo pasti tau gue gak suka susu,"

Ethan hanya menyeringai puas. Aifa mengancungkan jempol, ikut tersenyum miring.

Aifa hanya menatap mereka jengkel, "Sejak kapan kalian jadi akrab?"

***

The Librarian MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang