"No prayer or word could ever reach you, no matter how close they could get to you."
(Ao no Sumika - Tatsuya Kitani)
.
.
"Aifaa!"
Gadis itu terperanjat saat mendengar teriakan Irsha yang berlari semangat ke arahnya. Kakinya yang baru saja hendak menjejak ke dalam kelas langsung terhenti. Ia membalikkan badan, berhadapan dengan gadis yang kini bergaya rambut twintail itu.
"Aku punya dua tiket buat nonton My Possessive Boyfie hari Minggu nanti. Mau nonton bareng?" Irsha mengancungkan dua lembar tiket itu di depan muka Aifa. Matanya berbinar-binar.
Aifa berupaya menjaga ekspresi wajahnya tetap netral, meski batinnya sudah berteriak frustasi, Di hari Mingguku yang akhirnya bebas dari urusan Lite, sekarang aku malah harus ikut nonton film roman picisan? Oh, dear...
"Oke." Berbanding terbalik dengan pikirannya yang meronta, Aifa melempar senyum kecil, mengangguk pada Irsha. Gadis itu sontak melompat-lompat girang, memeluk Aifa, bahkan menepuk-nepuk pundaknya keras. Cewek ini energinya emang luar biasa, bahkan mungkin menyamai Natya.
"Jadi kita ketemu di depan bioskop jam 1 siang ya. Jangan sampai lupa."
Irsha masih melambai-lambai selama satu menit sampai akhirnya beranjak keluar dari teras kelas Aifa yang tidak begitu ramai.
"Woah? Seorang Aifa punya teman di luar kelas? Kayaknya besok bakal turun salju nih," Komentar Natya yang tadi sedang ngerumpi di depan papan tulis.
Aifa memutar bola mata. Natya memang tidak pernah melewatkan kesempatan untuk mengoloknya.
Natya melongokkan tubuh ke luar kelas, menangkap figur Irsha yang makin mengeci, "Bukannya itu mantannya Yordan ya?"
"Kamu tau?"
"Ya iyalah. Cuma orang gua macam lo yang gak tau, sayang."
Aifa mengabaikan sindiran itu, "Orang macam apa dia?"
Natya mengangkat alis, "Tumben lo mau ngegosip."
"Jawab aja kali."
Natya melipat tangan di depan dada, bersandar di pintu, "Yah, gue gak tau banyak juga sih. Paling soal rumor dia selingkuh dari Yordan. Ada juga yang bilang dia tertekan karena yang suka Yordan juga banyak. Kayak Cherry dari cheerleader itu. Sampai-sampai Yordan jadi turun tangan."
Melihat wajah perhatian Aifa yang jarang-jarang ditampakkannya, Natya terkekeh pelan, "Kalo lo bener-bener pengen tau, mau gue kenalin sama temennya temen gue yang temenan sama temen baru lo itu?"
Aifa mengerjap, "Ribet banget kalimatnya,"
Natya mengibaskan tangan, "Gak penting. Jadi? Mau gak?"
Aifa berpikir sejenak, kemudian mengangguk.
.
.
Saat sedang dalam perjalanan menuju gymnasium, Aifa dikejutkan dengan kemunculan tiba-tiba Yordan di depan lab komputer. Kening gadis itu berkerut saat Yordan mengangsurkan kantong plastik berisi dua bungkus roti dan coffe latte kalengan.
"Kasihin ke Irsha,"
Apa dia gak tau kalo kata 'tolong' ada di kamus? batin Aifa, menerima kantong itu tanpa respon yang kentara. Setelah menyelesaikan urusannyas, Yordan pun berlalu begitu saja. Melihat tingkah tidak sopan itu, Aifa hanya bisa menghela napas, kemudian melanjutkan langkah.
Sesampainya di ruangan yang dituju, Aifa bisa melihat Irsha yang sepertinya baru selesai latihan, duduk menyandar di dinding sambil menyeka keringat. Ia melambai semangat saat menyadari kehadiran Aifa.
"Ini roti sama kopi." Aifa menyerahkan kantong itu, yang diterima Irsha dengan senyum lebar.
"Perhatian banget. Kalo lo cowok pasti udah gue tembak," candanya, tertawa kecil. Tatapannya tertuju pada kaleng minuman dalam genggaman, mengusapnya pelan.
Aifa menyeringai, kalau aja dia tau siapa yang ngasih.
"Tadi Kak Jihan bilang latihannya dipercepat, lagi ada urusan katanya. Mau balik?" tanya Irsha, yang langsung direspon Aifa dengan angguk antusias. Respon spontan itu membuat Irsha tergelak, beranjak berdiri, "Mau pulang bareng? Gue bawa motor." tawarnya, menenggak isi kaleng sampai habis dalam sekali teguk.
Aifa mangut-mangut. Boleh juga, sekalian hemat ongkos.
Setelah menghabiskan rotinya, Irsha melompat bangkit dan berteriak pada teman satu ekskulnya, "Gue duluan ya!!"
Beberapa balas berseru 'hati-hati!' dan sisanya melambai.
Mereka berjalan ke luar dari gymnasium, melintasi lapangan basket. Aifa dapat melihat anggota ekskul basket-menilik keberadaan Kevin disana yang sedang berlatih dan anggota cheerleader dengan pom-pom bergeletakan di sekitar yang sedang menonton mereka di pinggir lapangan, ditambah segerombolan penonton. Aifa dapat mengenali Yordan dari kejauhan. Dia sedang mendribble bola, hendak menerobos pertahanan lawan.
Saat pandangannya tertuju ke arah mereka, lebih tepatnya ke arah Irsha, matanya sedikit melebar. Menyadari Yordan yang lengah sesaat, Kevin tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, sigap merebut bola dan berlari ke arah berlawanan. Penonton menggila, berteriak mendukung favorit mereka masing-masing. Yordan terlihat kelabakan dan bergegas mengejar Kevin. Sayangnya dia kalah cepat dan Kevin berhasil mencetak skor.
Aifa melirik Irsha. Gadis itu bahkan tidak memperhatikan lapangan sama sekali, terus mengoceh soal tidak sabarnya dia untuk menonton film Boyfie atau mengomel soal mata pemeran tokoh utama cowok yang kurang tajam. Dia terlihat bersemangat. Mungkin terlalu bersemangat malah. Seperti ingin mengalihkan perhatian. Dari sesuatu. Seseorang.
Masih tenggelam dalam pikiran, Aifa tersentak saat seseorang menabrakkan bahunya pada Irsha hingga gadis itu jatuh terduduk. Cherry-Aifa mengenali tatapan tajamnya hanya mendengus kecil, menatap Irsha dengan kebencian yang berkobar jelas di matanya. Sebaliknya, Irsha tidak membalas dengan pandangan yang sama. Justru ada emosi lain yang bergejolak disana. Rasa kasihan, ironi, dan... bersalah?
Gadis itu mendengus setelah beberapa detik, kemudian memutar tubuh tanpa sepatah kata pun. Rambutnya yang dijalin satu berayun seiring langkahnya yang menjauh.
Ia kemudian menoleh pada Irsha yang berdiri sambil menepuk-nepuk pakaiannya yang bernoda tanah. "Kamu gak papa?" tanyanya.
Irsha tersenyum menenangkan, "Gak papa kok. Kita lanjut jalan yuk."
Kemudian Irsha melanjutkan komentarnya pada cast film Boyfienya itu. Ucapannya mengalir cepat, nyaris tanpa jeda. Aifa bahkan sempat khawatir dia bakal tumbang karena tidak sempat bernapas. Yang jelas, Irsha sepertinya tidak ingin membicarakan hal yang baru saja terjadi. Aifa pun tidak bertanya apapun.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Librarian Mission
Teen Fiction"Bergabung dengan tim perpus?" "Ya, dan ini bukan permintaan, tapi kesepakatan. Win-win solution untuk kita berdua." SMA Kultura adalah salah satu SMA swasta populer di Indonesia karena program-programnya yang menarik dan inisiatif baru yang berbeda...