"I, a liar, sang a love song with words contrary to my thought."
(Amanojaku - Gumi)
.
.
"Satu, dua, tiga, empat- Rena, lo kecepetan!"
"Irsha, jangan nambah-nambah pose! Fokus ke gerakan basic dulu,"
"Bosen kak. Gue udah latihan gerakan ini dari minggu kemaren,"
"Gue gak peduli! Sekalipun lo itu center, tetap gak ada pengeculian!"
Rengekan protes itu dapat didengar jelas oleh Aifa yang sudah sampai di pintu ruang gymnasium yang sedikit terbuka. Hiruk-pikuk serta alunan musik yang pelan dapat terdengar dari tempatnya berdiri.
Aifa berdiri ragu-ragu di depan pintu. Tangannya naik turun di sekitar gagang, berusaha mengumpulkan keberanian untuk membuka pintu. Tapi saat membayangkan kepala-kepala yang akan tertoleh begitu ia memasuki ruangan, tekadnya langsung menciut.
Sebelum pemikirannya tambah menggila, sebuah bayangan muncul di belakangnya bersamaan dengan teguran yang tegas.
"Kalo mau masuk ya masuk aja. Jangan berdiri ngehalangin pintu,"
Ujaran yang agak ketus itu nyaris membuat Aifa terlonjak. Reflek, gadis itu merapat ke dinding, bertemu pandang dengan gadis berambut twintail yang menatapnya tepat di manik mata, membuatnya makin gugup.
"Ma-maaf mengganggu,"
Tatapan dinginnya mengingatkan Aifa akan Miranda. Tapi mereka tidak mirip sama sekali. Ketimbang aura dewasa Miranda, gadis berbulu mata lentik di hadapannya memancarkan rasa percaya diri yang kentara.
Hasil dari penampilan tak terhitung di depan publik, mungkin?
Gadis itu kemudian membuka pintu dan masuk ke dalam gymnasium. Aifa memperhatikan pintu yang dibiarkannya terbuka lebar. Ia pun melangkah masuk.
Untungnya tidak ada yang meliriknya barang sedikit. Sepertinya gadis twintail sudah merebut semua perhatian lebih dulu. Aifa masuk setelah mengembalikan posisi pintu seperti semula.
Selain dirinya, ternyata ada cukup banyak penonton lain disini. Seperti yang diharapkan dari salah satu ekskul terpopuler di Kultura. Anggota ekskul berkaus putih, ditilik dari deretan siswa yang menjadi pusat perhatian tengah sibuk berlatih.
Seorang wanita muda berusia dua puluhan berpakaian serupa menepuk tangan tiga kali, merebut atensi semua anggota.
"Kalian udah hafal gerakannya kan? Ayo semua mulai dari awal. Ambil posisi,"
Selagi mereka sibuk bersiap, Aifa mengambil tempat di sisi kiri penonton. Dari sana, ia bisa melihat Irsha dengan jelas. Gadis itu tampak bersemangat, sepertinya senang bisa terlepas dari latihan yang 'membosankan.'
Setelah memberi kode pada satu siswa berkaus biru yang berdiri di dekat laptop, musik mengalun dengan keras. Aifa tidak mengenali melodinya yang energik maupun temponya yang makin lama makin cepat. Tapi ia tidak begitu peduli begitu dance dimulai.
Bahkan di mata amatir sepertinya, Aifa bisa tahu kalau level mereka sangat tinggi. Gerakan yang kompak dan dinamis. Perubahan formasi yang clean berulang kali tanpa kesalahan yang mencolok. Tapi diluar itu, perhatiannya tersedot oleh Irsha yang kini mengambil alih bagian center. Aifa memang tidak tahu apapun soal dancing, tapi ia paham kenapa Irsha dipercaya untuk posisi itu. Senyumnya tidak pernah retak sedikitpun, meski tidak sedang dalam sorotan. Energinya membara, tersalurkan pada penonton yang terhipnotis. Oleh nyala dalam netra hitam nan cemerlang, raut sumringah yang tak pudar, dan karisma yang menyilaukan. Bahkan kehebohan sempat muncul dari kalangan cowok begitu Irsha melempar kedipan ke arah mereka.
Penampilan berakhir dengan tepuk tangan dan siulan dari berbagai sisi. Aifa ikut bertepuk tangan, terkesan.
Sang pelatih sepertinya juga berpendapat sama, "Oke. Selanjutnya kegiatan bebas. Kalian boleh latihan sendiri-sendiri sekarang. Jangan pada kabur," ujarnya sambil memelototi Irsha yang mengalihkan wajah, pura-pura tidak sadar.
Saat itulah mata keduanya bertemu. Senyum Irsha langsung terkembang lebar.
Uh-oh. Perasaanku gak enak-
Benar saja. Setengah berlari, Irsha langsung mendatanginya.
"Wah, Aifa. Gue gak nyangka lo tertarik sama dance. Mumpung lagi free, sini gue ajarin!"
Mampus aku.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Librarian Mission
Fiksi Remaja"Bergabung dengan tim perpus?" "Ya, dan ini bukan permintaan, tapi kesepakatan. Win-win solution untuk kita berdua." SMA Kultura adalah salah satu SMA swasta populer di Indonesia karena program-programnya yang menarik dan inisiatif baru yang berbeda...