BAB 6

68 10 20
                                    

Aifa memandangi layar ponselnya dengan wajah berseri-seri. Sudah 10 menit sejak ia berbaring seraya memelototi laman aplikasi belanja online yang menampilkan bahwa novel yang baru saja dipesannya, Azalea's Belfry sedang dalam proses pengemasan.

"Gak buruk juga sekali-kali ikut PO." ujarnya girang, memandanginya untuk terakhir kali sebelum meletakkan ponselnya di atas nakas.

Meskipun Aifa masih meragukan keputusannya untuk masuk LiTe, setidaknya saat melihat notifikasi itu, hatinya jadi lebih tenang. Ia mengambil kembali ponselnya, membuka Instagram. Dia baru saja mengunggah full review dari novel Confession yang baru selesai dibacanya dan beragam komentar mulai memenuhi postingannya. Aifa terkekeh saat melihat komentar dari Kak Juli.

JuliwithBoooks: Ga nyesel kan sama rekomen ak?:D

FaysBookWorld: Yup, makasih udah direkomendasiin(emot pisau)

JuliwithBooks: :D:D Udh baca Penance blom? Menrutku plot twistnya gak sengagetin, tpi lbih mess up ceritany.

FaysBookWorld: Kakak mau beliin ini ceritanya?

JuliwithBooks: Boleh, ku check outin sekrng? Alamatmu msih sm kn?

FaysBookWorld: Canda kali. Aku udah punya kok. Btw, udah sampe mana baca Red Rising? Mau kuspoilerin gak?

JuliwithBooks: Eh, dibaikn malh ngelunjak ni bocah😉

Aifa menghela napas pelan. Jadi orang baik tolong dikira-kira deh. Kak Juli, Melissa, sama aja semua.

Ia kemudian mengalihkan pandangan pada celengannya, mulai merenung sejenak.

Duitnya kupake buat beli Penance kali ya? Kan gak jadi buat bukunya Kak Vanessa.

Selagi berpikir, Aifa menggulir layar ponselnya sembarangan. Ia memerhatikan feed Instagramnya yang didominasi warna cokelat dan krem. Senyum tipis tanpa sadar tersungging di bibirnya. Melihat foto-foto yang ia ambil dan edit dengan susah payah memang memberi rasa euforia tersendiri.

Kalo dipikir-pikir, udah setengah tahunan aku make tema vintage minimalistic, batin Aifa.

Layar ponselnya menampilkan sejumlah foto buku yang didominasi oleh background putih dengan props minimal, hanya dihiasi bunga kering serta kertas vintage sebagai properti. Nuansa kecokelatan menguatkan kesan rusty and old.

Tema vintage memang keren, tapi aku jadi pingin ganti suasana. Ubah jadi apa kali ya? Aku udah make tema biru pas awal mulai, pastel cream udah sempat nyoba juga. Kalo pink... itu kan trademark-nya Kak Juli.

Setelah menggulir feednya sekali lagi, gadis itu tiba-tiba teringat akan gazebo yang ia lihat di luar ruang pertemuan hari Rabu kemarin.

Outdoor... boleh juga. Aku kan gak pernah make gaya selain flatlay. Kayaknya bagus juga buat variasi.

Aifa mengangguk-angguk sendiri, mempertimbangkan dengan serius. Tapi ada satu hal yang mengganggunya.

Kalo mau outdoor, bagusnya bawa orang sih buat bantu megangin bukunya. Biar lebih estetik.

Tanpa berpikir panjang, Aifa bergegas mengirim pesan pada Natya, satu-satunya teman dekat yang sekelas dengannya, yang dibalas 30 detik kemudian dengan emot jempol besar. Aifa mengembangkan senyum, membulatkan keputusan.

It'll be fun!

.

.

"Sori banget, gue gak bisa, Fa." Natya mengatupkan kedua tangan di depan dada, menunduk dalam-dalam. Suara nyaringnya dipenuhi kepanikan dan rasa bersalah yang samar, "Hari ini gebetan gue ngajakin anak ekskul Mading buat pergi makan pas pulang sekolah. Gak mungkin kan gue lewatin?!" jelas gadis itu dengan muka memelas.

The Librarian MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang