BAB 8

63 8 8
                                    

"Love of you is my most cherished thing."

(Nightglow by Tanya Chua [Honkai Impact 3])

.

.

Aifa berdiri di depan cermin, mematut-matut pantulan diri. Ia mengenakan baju olahraga biru tua dengan tulisan SMA Kultura tercetak di sisi celana, satu-satunya baju training yang ia miliki. Kebanyakan pakaiannya tidak cocok untuk kerja rodi, jadi tidak ada pilihan lain. Rambut ikalnya tergerai bebas sebatas dada, masih agak lembab selepas keramas.

Ia menelengkan kepala, mengetuk-ngetuk dagu dengan jemari. Hmm, rasanya ada yang kurang...

Saat masih sibuk memelototi bayangan dari atas ke bawah, ponsel dalam genggaman Aifa bergetar. Perhatiannya teralih pada pesan baru yang diterimanya.

Shafira: Kami udah di depan, Aifa!

Shafira memang menawarkan untuk pergi bersama setelah rapat hari Rabu kemarin berakhir. Aifa pun mengiyakan, sekalian menghemat ongkos. Gadis itu bergegas mengetik balasan, melupakan masalah yang sempat mengusiknya tadi. Gadis itu langsung meraih tas salempang kecil berwarna biru di balik pintu dan berjalan ke luar kamar.

Setelah pamit pada ibunya, ia bergegas keluar dengan langkah cepat. Di depan pagar, langsung tampak olehnya mobil kecil berwarna abu-abu. Dari balik jendela yang terbuka lebar, Aifa bisa melihat Shafira yang duduk di kursi belakang. Gadis itu melambai semangat saat ia menangkap sosok Aifa yang sudah sampai disamping mobil. Shafira membuka pintu, memberi ruang bagi gadis itu untuk duduk.

Setelah mengambil tempat, Aifa melirik kursi pengemudi. Disana duduk Kevin dengan muka acuhnya seperti biasa.

Aifa tersenyum sopan, "Makasih udah repot-repot jemputin."

Kevin hanya mengangguk kecil, tidak membalas. Aifa menggerutu dalam hati, kenapa semua orang di kelompok ini dingin bener?

"Jangan salah paham sama sikap acuhnya Kevin ya. Dia cuma gugup aja kalo deket cewek. Kalo udah kenal, asik kok." ujar Shafira, berusaha menengahi.

Yah, kecuali Shafira sih.

"Jangan nyebarin omong-kosong, Fir." Aifa bisa mengenali rasa sebal dari nada suara cowok itu.

Shafira tertawa kecil sebagai balasan, "Maaf, maaf. Abisnya kamu bersikap gitu sih sama Aifa. Kan gak lucu kalo dia jadi gak nyaman."

Aifa hanya bisa tersenyum, tidak mau ikut campur.

Selagi mereka berbincang, Aifa memerhatikan penampilan keduanya. Di depan kemudi, Kevin duduk sambil memakai kaos hitam lengan pendek polos dengan celana jins. Pilihan yang aneh untuk bersih-bersih.

Sementara itu, Shafira mengenakan kaos cokelat tua dengan celana training hitam bergaris merah. Rambut pendeknya dikuncir kecil, tidak lagi dihiasi bando seperti biasa, menambahkan kesan imut padanya.

Ah. Aifa reflek menyentuh rambutnya, tersadar akan sesuatu. Spontan, ia berdecak sebal. Pantas saja ia merasa ada yang kurang tadi. Rambutnya masih terjuntai bebas, belum diikat rapi. Semoga aja gak ganggu kerjaan nanti.

Selesai beradu kata dengan sang sopir, Shafira memutar kepala, melongok ke arah jendela yang terbuka. Mata bulatnya tertuju pada langit biru tanpa awan, "Untung aja cerah ya. Padahal aku udah was-was, soalnya ramalan cuaca bilang bakal hujan sampai sore." celetuknya.

Aifa berpikir sejenak, kemudian membalas, "Kalaupun hujan, kurasa gak bakal ngaruh. Kita kan bakal gotong royong di dalam perpus aja. Paling taman depan perpus aja yang gak bisa keurus."

The Librarian MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang