"Gimana data pengunjung kita seminggu ini, Mir?"
Sudah seminggu sejak koleksi terbaru mereka tersedia untuk para pengunjung. Begitu pula dengan kerja sama mereka dengan para penggemar K-Pop itu. Tidak berlebihan kalau dalam pertemuan rutin Rabu ini, Arvi mengharapkan perubahan yang positif.
Miranda tidak menjawab. Tapi ditilik dari gelagatnya yang sibuk dengan laptop, gadis itu sedang melaksanakan instruksi sang ketua. Shafira yang duduk di sebelah Miranda ikut memerhatikan layar laptop, kedua tangannya terkatup di depan dada, harap-harap cemas. Aifa menunggu dalam diam. Hanya Rafael yang memojok dengan toples camilan tampak apatis, tidak peduli.
Setelah menemukan data yang dicarinya, Miranda berujar, "Ada peningkatan 120% dibandingkan minggu sebelumnya."
Ekspresi Shafira langsung mencerah, "Wah, banyak juga."
Tapi kegembiraan yang sama tidak tercermin dari ekspresi Aifa, "Jauh lebih rendah dari dugaanku." gumamnya.
Arvi merespon dengan anggukan, dahinya berkerut, "Setuju. Selama ini, rata-rata pengunjung kita 20 orang per minggu. Artinya peningkatannya hanya sekitar 25 orang. Rasanya gak masuk akal, apalagi kita promosi dan kerjasama disana-sini."
Kedua tangannya terlipat di depan dada, kembali pada Miranda yang masih menunggu instruksi berikutnya, "Coba cek siapa aja pengunjung minggu ini."
Bunyi ketikan terdengar memenuhi ruangan. Setelah beberapa saat, Miranda memutar laptopnya, menunjukkan layar pada Arvi. Diperhatikannya data tersebut dengan teliti, sambil sesekali beralih pada ponsel, mengecek beberapa hal.
"Gimana Arvi? Apa masalahnya?" tanya Shafira begitu Arvi mengangkat kepala.
"Kayaknya kita harus ke Divisi SB. Cewek-cewek fangirl itu cuma dateng beberapa hari pertama. Setelah itu, gak ada sama sekali." Ia kemudian beralih pada Aifa, "Pulang sekolah besok kita pergi, oke?"
Sudut bibir Aifa berkedut, rasa sebalnya nyaris menerobos keluar, "Kenapa aku?"
Arvi mengangkat bahu santai, tidak terpengaruh dengan tatapan tajam Aifa, "Shafira ada ekskul, Miranda OSIS. Siapa lagi kalo bukan kamu?"
Hello, kita masih punya anggota lain lho?? batin Aifa keki, melirik Rafael yang masih sibuk dengan camilannya. Anggota tidak dianggap itu tetap acuh, seolah apapun yang ada di ruangan ini bukan urusannya.
Aifa menghela napas, berat hati mengangguk. Daripada makin runyam urusannya, mending diiyain aja. Senyum Arvi merekah melihat kesediaan (terpaksa) Aifa, berujar semangat, "Pulang sekolah besok ya."
.
.
Sesuai kesepakatan kemarin, Aifa dan Arvi berjalan berdampingan menuju gedung C yang familiar. Tidak ada yang mengisi keheningan. Aifa menjadi yang pertama membuka percakapan, melirik Arvi dari sudut mata, "Ada yang mau kamu tanyain? Ngelirik mulu dari tadi."
Arvi mengerjap sekali, "Jelas banget ya." Yang dibalas anggukan singkat.
Aifa mengangkat alis, tanpa suara mendesak cowok itu untuk menjawab. Bukannya berbicara, Arvi tetap menatapnya selama beberapa detik. Gugup, Aifa nyaris memutuskan kontak mata intens itu saat Arvi akhirnya mengalihkan pandangan sambil mengangkat bahu. "Kamu keliatan biasa aja."
Diam-diam Aifa menghela napas lega, lalu menjawab, "Emang aku harus gimana?"
"Kesel gitu? Kita udah susah-susah menuhin perjanjian sama mereka, eh malah pada kabur."
"Gak juga." Tidak ada emosi yang kentara dalam balasan gadis itu, membuat Arvi makin tidak habis pikir.
"Serius? Padahal kamu ngomel-ngomel tiap aku suruh kerja."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Librarian Mission
Roman pour Adolescents"Bergabung dengan tim perpus?" "Ya, dan ini bukan permintaan, tapi kesepakatan. Win-win solution untuk kita berdua." SMA Kultura adalah salah satu SMA swasta populer di Indonesia karena program-programnya yang menarik dan inisiatif baru yang berbeda...