1 | Kesan Dan Kesal

5K 39 0
                                    

"Mama nggak usah aneh-aneh, deh! Masa nikahnya sama bos-bos tua?" Oceh seorang gadis berusia 17 tahun.

Ia melipat kedua tangannya di depan dada sembari menatap Evianna. Gadis itu tak henti-hentinya mengoceh agar Evi tidak menikah lagi. Sebelumnya, Evi sudah mendapat calon Ayah untuk anaknya-Adelia Diatmika-tetapi hal menyedihkan terjadi, lelaki pilihan Evi adalah seorang yang arogan dan kasar. Baru menjalin hubungan dua minggu saja Evi sudah mendapat memar di bagian wajah, paha dan juga tangannya. Sejak saat itu, Adelia bersikeras menolak sosok Ayah baru di hidupnya.

"Kali ini calonnya baik, Mama bisa jamin, Del. Mama kenal dia udah dua tahun terakhir ini." Balas Evi santai.

Adel yang semula berdiri di ambang pintu kamar Evi, melangkah dan duduk di tepi ranjang wanita itu. "Apa dia kasar?"

Evi menggeleng. Baru saja ia selesai melakukan skincare rutin di malam hari di kamar mandi. Lalu berbalik seraya duduk di samping putri tercintanya, "Mama yakin kamu akan suka dengan beliau. Mama akan kenalkan kalian dulu. Lagian, dia juga punya anak yang usianya nggak beda jauh sama kamu."

Adelia berdecih. "Tuh, kan! Nanti yang ada Adel berantem mulu sama anaknya!"

Evi mengelus surai putrinya itu, menggenggam tangan Adelia erat. "Adel... Mama butuh sosok pendamping hidup. Kenapa Mama nggak larang kamu main kemanapun? Karena Mama juga pernah mudah, Del. Mama nggak mau masa muda kamu harus repot urusin Mama, harus membagi dunia kamu dengan dunia Mama dan harus rela nggak main karena jagain Mama."

Kedua mata Adelia memanas detik itu juga. "Itu kan tugas Adel, Mah, buat jagain Mamah."

Evi lagi-lagi tersenyum, sembari membenarkan roll rambutnya yang sedikit menurun. Lalu kembali berkata, "Banyak hal yang harus kamu kejar, Del. Di usia muda, tugas kamu fokus belajar dan raih cita-citamu!"

"Tapi---"

"Adel sayang," potong Evi. "Buatlah Mama bangga dengan apa yang kamu lakukan! Hanya itu yang Mama mau."

"Tapi Adel sayang Mama. Adel nggak mau kehilangan waktu bersama Mama!"

"Mama ngerti tapi, kamu juga butuh sosok Ayah. Butuh sosok laki-laki yang akan jagain kita, Del." Kata Evi lagi.

Adelia menghela napasnya pelan. Ia menatap mata cokelat terang milik sang Mama. Tak ada kebohongan dari semua perkataan Evi, wanita itu memang menginginkan pendamping hidup sekaligus sosok Ayah untuk dirinya.

Sebenarnya Adelia tidak masalah, hanya saja ia trauma dengan kejadian yang lalu. Usia Evi hampir menginjak 40 tahun, tetapi jika sedang berjalan berdua dengan Adelia, mereka seperti Adik-Kakak. Tak heran bos di tempat kerja baru Evi terpanah dengan wanita itu. Adelia kagum karena Mamanya selalu menjaga tubuhnya agar selalu awet muda.

"Adel mau lihat dulu sosok Ayah baru nanti. Kalau Adel nggak suka, Mama harus jauhin tua bangka itu!"

"Sst! Kalau ngomong! Lihat aja, nanti kamu bakalan terpanah sama beliau." Kukuh Evi.

Adelia mengangkat sebelah alisnya, "Kenapa Mama yakin Adel bisa terpanah? Mama mau Adel nikah sama dia juga nanti kalau Adel ikutan terpanah?"

Pletak!

"Mama!" Jerit Adelia ketika gagang sisir mendarat mulus di atas kepalanya.

"Lagian kamu ada-ada aja. Terpanah boleh, tapi jangan diembat juga dong!"

Adelia hanya merotasikan bola matanya, sementara Evi tersenyum malu-malu kala mengingat wajah sang pujaan hatinya.

"Mama jangan kesurupan, Adel nggak hafal doa mengusir setan selain baca Ayat Kursi."

STEP [LOVE] BROTHER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang