4. Si Pemberani

5.8K 350 47
                                    

"Mel."

"Iya, dok."

"Surat tugas buat kamu, sudah diterima?"

Aku lekas menganggukan kepalaku. Saat dokter Alta, dokter senior di tempatku bekerja, saat ini sudah mendatangiku dan langsung berbicara denganku.

"Iya, dok. Sudah saya terima kemarin sore."

"Oke. Bagus. Kalau gitu, berarti, besok, sudah siap berangkat ya."

"Iya, dok. InsyaAllah, saya sudah siap."

Dokter Alta tersenyum dan segera beralih duduk tepat di depan meja kerjaku.

"Nggak gugup, kan?"

"Kenapa harus gugup, dok?"

"Karena mau tugas di markas TNI."

Aku jadi langsung mengembangkan senyumanku. "Memangnya, kenapa harus gugup, dok?"

"Ya nggak harus gugup si. Tapi pasti deg-degan. Soalnya mau ketemu sama kumpulan para cowok tinggi tegap dan gagah."

Astaga.

Ya ampun.

Kini aku sungguhan langsung meraih buku catatanku untuk menutupi bagian wajahku. Sebab aku sudah mengeluarkan suara tawaku.

"Ya ampun, dok. Tadi, saya sudah khawatir dan sangat bersiap dengan jawaban dokter Alta. Karena ekspresi dokter Alta terlihat serius sekali. Tapi kenapa jawabannya malah jadi seperti ini?"

Dokter Alta jadi ikut tertawa bersamaku.

"Loh. Ini juga bab serius, Mel. Pakai banget malahan. Karena lihat cowok ganteng, itu udah kaya vitamin paling manjur buat kita para cewek. Yang pasti langsung bisa berhasil banget buat kita jadi seger. Iya, kan?"

Kini aku makin tak bisa menahan suara kikikanku.

"Ya memang si, dok. Tapi apa harus diperjelas lagi?"

"Oh ya jelas dong. Harus jelas, dan sangat gamblang. Apalagi karena nanti, di markas TNI tempat tugas kamu, ada kandidat terkuat yang paling mumpuni."

"Aduh. Ini, acara pencarian jodoh, mau dimulai lagi ya, dok?"

"Iya dong. Soalnya, lihat dokter cantik dan pinter kaya kamu, tapi masih betah banget buat jadi single sampai sekarang, beneran buat aku jadi gatel banget pengin jadi mak comblang. Biar Tara bisa cepet ada teman mainnya. Jadi nanti kita bisa nongkrong sambil bawa bocil."

Tara, adalah nama putri dokter Alta. Gabungan dari nama dokter Alta dan suaminya. Tara, singkatan dari nama Alta dan Raffi.

"Wah. Kalau permintaannya langsung diminta kasih teman main buat Tara, kayaknya, itu terlalu cepat ya, dok. Ngebut banget dong. Karena proses buatnya saja belum. Terus, untuk hamil, juga 9 bulan hitungannya. Jadi ya paling cepat, kisaran 1 tahun sampai hasil jadinya, dok."

Dokter Alta kembali tertawa dengan begitu geli karena jawabanku. Bahkan kini jadi gemas sekali menepuk punggung tanganku.

"Nah itu. Karena aku tahu kalau prosesnya membutuhkan waktu, makanya, calon Bapaknya dan teman proses bayi buat kamu, harus segera dipersiapkan dari sekarang."

"Sudah Allah persiapkan sejak lama, dok. Tapi memang belum ketemu saja dengan saya."

"Ya kalau mau ketemu, kan harus dicari juga, biar bisa lebih cepat waktunya, Mel."

"Kalau sudah senior, nasihatnya memang selalu langsung maunya yang kilat ya, dok."

"Iya dong. Biar kamu bisa cepat tahu gimana enaknya punya suami gagah. Dan buat bayi."

Prawira Laksamana ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang