23. Karena Perempuan, Butuh Kepastian

2.8K 242 81
                                    

🔫 Agam

Bertugas di pedalaman, memang bukan pertama kali ini kulakukan.

Tapi tetap saja, ketika sedang menerima sebuah tugas negara, pasti akan ada perasaan tersendiri yang terasa sangat berbeda. Tak pernah sama, walau jenis perasaannya serupa.

Cemas.

Takut.

Khawatir di setiap harinya.

Tapi harus tetap kuat dan tangguh karena ada kesatuan yang harus bisa sangat kujaga.

Lelah.

Kadang terluka.

Terjegal.

Jatuh bangun dan bergerak gesit ketika terjadi pergerakan yang harus segera diamankan.

Kesemuanya sungguhan jadi sesuatu yang tak akan pernah bisa kulewatkan keberadaannya.

Tapi lagi-lagi, ini memang sudah jadi sebuah konsekuensi. Tanggungjawab yang tak bisa kupilih seorang diri. Tak bisa diganti. Apalagi meminta untuk mengundurkan diri. Karena ini adalah sebuah tugas yang harus tetap bisa kujalankan apa saja yang sedang terjadi, dari semenjak aku telah dilantik menjadi seorang TNI.

Meski lelah dan beban jelas terasa sangat berat di pundakku, tapi ketika teringat kembali orang-orang terkasih yang selalu setia mendoakan dan menunggu kepulanganku, maka keadaanku yang mencekam dan gelap gulita seperti langsung mendapatkan cahaya serta tambahan tenaga maha dahsyat yang membuat ragaku tetap bisa berdiri kuat di atas kedua kakiku.

Seperti saat ini, bagaimana senyumku terus terkembang tanpa henti, saat akhirnya bisa bertemu tatap dengan orang-orang yang sangat kusayangi, setelah beberapa bulan tak bisa saling berkomunikasi.

Alasannya, tentu saja karena tugas negara yang kupunya. Kegiatan pengamanan yang membuatku jadi tak bisa sering berhubungan dengan keluarga. Juga karena penempatan di sebuah daerah pelosok yang sinyal serta jaringan internet tak bisa selalu ada.

Jadi ya, sebuah tugas dan jarak jauh memang kembali membuatku semakin percaya, bahwa dekat dan bisa selalu berjumpa, serta kesempatan memang adalah anugerah yang harus selalu bisa kusyukuri keberadaannya. Karena ketika raga sedang berada di tempat yang berbeda, pertemuan singkat walau hanya dari sambungan telepon akan bisa jadi hal yang begitu istimewa. Tak ternilai sekali harganya. Juga jadi penawar rindu serta tambahan semangat supaya aku bisa tetap kuat untuk menyelesaikan semua tugas penting yang masih kupunya.

Supaya membuatku bisa semakin yakin dan tak kehilangan daya juangku. Karena ada orang-orang terkasih yang selalu setia menanti kepulanganku. Apalagi si gadis kecil yang sejak tadi begitu setia tersenyum dan bercerita banyak hal denganku.

Maka ya. Keluarga, benar-benar menjadi suntikan tenaga setelah semua letih dan kerja keras yang kulakukan dengan penuh upadaya.

Manis sekali.

Juga orang-orang terkasih yang akan selalu berhasil membuatku rindu setiap hari.

"Shilla kangen banget sama Pakdhe Ganteng."

Memang princess cantik yang selalu manis sekali perhatiannya.

"Pakdhe juga kangen banget sama Shilla. Shilla gimana? Sehat, kan? Happy? Di sekolah lancar, kan? Gimana lomba-lombanya? Pasti menang lagi ya? Wah, Pakdhe jadi nggak bisa ikut naik podium nih."

Di seberang sana, anggukan kepala begitu semangat dari Arshilla sungguhan membuatku jadi gemas luar biasa.

"Alhamdulillah, di sini, Shilla baik, Pakdhe. Happy juga. Shilla sehat. Dan ya, alhamdulillah, lomba terakhir kemarin, Shilla menang."

Prawira Laksamana ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang