💉 Amalia
"Anggurnya, mau lagi, sayang?"
"Ini masih, Ma."
"Kalau pisangnya?"
"Masih juga, Ma. Nih, Mama kasih Amel banyak buah."
"Yogurt sama apel, kalau mau tambah, langsung bilang aja ya, Dek."
Maka kikikan geliku jelas langsung mengudara. Gemas sekali dengan bentuk perhatian teramat berturut-turut dari Mama. Yang membuatku seakan jadi seorang kesayangan lagi seperti saat dulu aku masih balita.
Senangnya.
"Aduh. Amel jadi kaya Zidan lagi nih."
"Kenapa?"
"Iya dong. Ditimang-timang terus sama Mama dan Papa. Yang mau apa aja, langsung diturutin."
Mama tertawa dan lekas mengusap perut besarku. "Nggak perlu berubah jadi Zidan, cucunya Mama Papa, buat kamu, putri kesayangan dan satu-satunya Papa Mama, juga memang pasti akan selalu disayang-sayang, Dek. Yang kalau mau apa aja, asal itu baik, dan Papa Mama bisa, ya pasti langsung dikabulkan."
"Terimakasih, Eyang."
"Sama-sama, sayang." Kata Mama sambil mengecup pipiku. "Jadi, ayo, makan buah lagi. Nyemil lagi. Biar cucu Mama makin sehat."
"Aamiin."
Yang di tengah kunyahan senangku, senyum bahagia makin terkembang dengan begitu sempurna di wajahku, saat layar ponselku sudah menyala dan menunjukan nama jelas suami kecintaanku.
MasyaAllah.
Ada panggilan video dari si Ganteng.
Jadi tertawa sambil menyerahkan ponsel pintarku, Mama makin menyamankan posisi duduknya di dekatku.
"Tentara Ganteng, udah selesai tugas negara nih kayaknya."
"Iya, Ma," jawabku sambil memberikan anggukan kepala.
"Langsung diangkat aja, Dek. Biar bisa kangen-kangenan sama suami."
Terkekeh terlebih dahulu, ciuman senang segera kuberikan untuk Mama sebelum aku menerima panggilan video dari suamiku.
"Assalamu'alaikum, Komandan Sayang."
Sambutan penuh suka cita dariku langsung membuat Mas Agam terkekeh dengan begitu senang.
"Wa'alaikumsalam, istri sholihah. Si cantik, lagi apa? Bumil gemoy, udah makan belum?"
Kini giliranku yang memperdengarkan kekehan geliku.
"Udah dong. Dari tadi, mulutnya nggak berhenti ngunyah nih."
"Ya bagus dong. Nggak papa, sayang. Memang harusnya begitu. Alhamdulillah, sekarang, udah nggak mual-mual lagi, kan?"
"Alhamdulillah. Udah nggak, Mas. Semuanya, oke. Soalnya, di rumah, udah selalu dipantau vitaminnya sama Papa dan Mas Ai nih."
"Alhamdulillah. Mas selalu percaya, sayang. Soalnya, Eyang dan Pakdhenya Mamas, memang dokter obgyn yang hebat banget ya."
"Alhamdulillah, Ayah. Gizinya Bunda sama Mamas, selalu terpantau dengan sangat baik nih di sini."
Tawaku dan Mas Agam langsung mengudara di waktu yang sangat sama.
"Jadi, istri sholihah, Bumil gemoy, lagi makan apa sekarang?"
"Lagi makan buah, Ayah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Prawira Laksamana ✔
RomantizmJANGAN LUPA FOLLOW YA 😊😍 Mari kita dukung para penulis yang sudah berusaha keras mempublikasikan dan menyelesaikan setiap tulisannya dengan memberikan apresiasi pada karya serta kehadirannya 😊 ***** (SPINOFF kisah Keluarga Laksamana) * Disarankan...